The Last Adventurer: Manhwa Fantasi Dengan Gambar Bagus

the last adventurer

Manhwa fantasi dengan tema dungeon dan tokoh yang mengalami regresi (mundur ke masa lalu) sudah sangat melimpah. Tapi toh tetap banyak manhwa sejenis yang terus bermunculan. Salah satu dari manhwa itu adalah The Last Adventurer.

The Last Adventurer merupakan manhwa fantasi petualangan yang ditulis oleh Dedart dan diadaptasi oleh Blue Lobster dengan ilustrasi dari Salty Dog. Komik Korea ini diterbitkan di Naver Webtoons pada tahun 2024.

Yang menarik, kelihatannya The Last Adventurer dibuat berdasarkan game MMORPG MapleStory yang dulu sempat populer. Paling tidak, dunia di dalamnya, yang disebut Maple World, beserta beberapa lokasinya , seperti Lith Port, merupakan tempat dari game tersebut. Lalu, monster Horntail yang ada di bab pertama juga merupakan boss di awal game. Di sisi lain, cerita yang ada di manhwa ini kelihatannya memiliki plot tersendiri yang berbeda.

Jadi memang manhwa ini cukup menarik untuk dibahas lebih jauh.

Cerita Manhwa The Last Adventurer

Kisah manhwaThe Last Adventurer mengambil latar dunia dengan berbagai gerbang dungeon muncul beserta monster-monsternya. Namun perjuangan manusia sudah mencapai titik akhir dan semua orang sudah meninggalkan harapan mereka. Elpam yang berjuang sampai titik darah penghabisan sebagai petualang terakhir, terlempar ke masa lalu ketika bencana akan dimulai.

Cerita dimulai dengan Elpam beserta timnya yang bersiap menghadapi Horntail, Raja Naga berkepala tiga (hm… Ghidorah?). Mereka merupakan petualang yang masih tersisa, sementara pahlawan dan kelompok petualang lain sudah musnah.

Walau tahu bahwa mereka tidak mungkin menang, Elpam dan teman-temannya tetap meneruskan pertempuran. Benar saja. Semua anggota tim dibantai dan menyisakan Elpam seorang diri. Ia memang berhasil memenggal salah satu kepala Horntail, namun bagian itu tumbuh kembali.

Elpam pun mengeluarkan sihir terakhirnya sebagai usaha terakhir. Sayangnya, luka yang ia derita sudah cukup parah. Akhirnya Elpam hanya bisa memandang semburan api Horntail menyerang dirinya.

Kemudian Elpam bangun di masa lalu, ketika ia masih menjadi budak. Ia dibeli oleh sekelompok petualang untuk dijadikan umpan monster di dalam dungeon. Namun kelompok petualang itu, yang sebenarnya masih pemula, tewas dibantai di dalam dungeon. Sementara Elpam, yang memiliki pengetahuan dari masa lalunya berhasil mengalahkan dungeon itu.

Elpam pun memanfaatkan situasi itu untuk membebaskan dirinya sebagai budak dan memulai karirnya kembali sebagai seorang petualang. Begitulah petualangannya pun dimulai.

Plot Masih Relatif Klise

Yah, kalau melihat jalan cerita di atas, saya yakin kamu pasti sudah merasa sangat familiar dengan plot tersebut. Seperti yang juga sudah saya sebut, kita tidak kekurangan manhwa dengan plot cerita seperti itu. Lalu apa menariknya?

elpam vs gold slime dari manhwa the last adventurer

Sebelum ini juga sudah disebutkan kalau manhwa The Last Adventurer ini nampaknya mengambil inspirasi dari game MMORPG yang pernah populer, MapleStory. Jadi mungkin bagi kamu yang pernah memainkan game itu, manhwa ini bisa sedikit membawa nostalgia.

Jujur, saya sendiri belum pernah main game itu. Jadi saya membaca manhwa ini tanpa membawa bekal apapun.

Awal cerita manhwa ini cukup mengesankan dengan twist yang terduga. Lalu plot soal Elpam sebagai umpan di dungeon juga cukup menarik. Namun begitu Elpam mulai menjadi petualang, plot ceritanya memang mulai klise.

Yang paling mendasar tentu saja pola cerita Elpam yang berusaha meningkatkan kekuatannya sebelum bencana yang terjadi sebelumnya muncul. Ia juga kemudian merekrut petualang lain yang di kehidupan sebelumnya kuat, agar bisa merubah masa depan.

Lalu, beberapa plot armor juga menambah keklisean ceritanya. Misalnya, Elpan merupakan penyihir yang punya kekuatan api, lalu ia mendapatkan tongkat sihir barbasis kekuatan api. Selain itu, ia juga dulu jago memakai sehir telekinesis dan menemukan cincin yang bisa menambah kekuatan telekinesis.

Kemudian, kekuatan Elpam sendiri dengan cepat meningkat pesat. Dari kekuatan circle satu ia dengan cepat mencapai circle dua. Lalu dari penempatan di F-Rank (Elpam meminta diposisikan sebagai petualang E-Rank), kemudian melompat ke D-Rank. Kalau di awal sudah secepat ini, entah bagaimana nantinya sampai ia benar-benar overpower.

Walau begitu, harus saya akui ceritanya masih cukup mengigit. Paling tidak untuk beberapa pertempuran di bagian awal, masih ada proses menuju kemenangan yang menarik. Elpam masih ditunjukkan harus melakukan taktik tertentu untuk menang, tidak sekedar unjuk kekuatan saja.

Gambarnya Bagus

elpam pakai fire arrow

Yes. Gambar manhwa ini memang keren dan boleh dibilang di atas rata-rata. Mulai dari desain karakter, pewarnaan, pencahayaan, sampai berbagai detil di dalam gambar menunjukkan kualitas tinggi.

Bagi saya, sebuah manhwa yang punya gambar bagus itu adalah gambar yang tidak sekedar menaruh gradasi di berbagai tempat. Detil-detil ini bisa dengan mudah kamu lihat dari bagian rambut, kulit, atau pakaian, yang memakai pewarnaan berbeda untuk membuat efek bayangan. Sementara gradasi warna dan efek blur ditempatkan secara strategis untuk ilmu sihir atau latar belakang.

Bukan apa-apa. Tidak jarang sebuah manhwa berganti ilustrator namun gayanya berubah. Detil yang membuat gambar di manhwa itu menarik hilang. Entah karena gaya sang ilustrator memang berbeda atau memang untuk mempercepat produksi komik. Beberapa judul yang seperti itu adalah Volcanic Age dan Helmut the Forsaken Child.

Untungnya, ada pula manhwa yang kualitas gambarnya semakin meningkat. Awalnya punya gaya gambar yang sederhana, namun makin ke sini makin kompleks dan keren. Descended From Divinity merupakan salah satunya.

Yah, semoga saja manhwa The Last Adventurer ini tetap menjaga kualitas gambarnya. Karena memang sejauh ini belum banyak yang bisa ditawarkan oleh manhwa satu ini.

Patut Diawasi Lebih Jauh

karakter dibo dan elpam di the last adventurer

Mungkin untuk saat ini masih terlalu dini untuk memberi penilaian pada manhwa The Last Adventurer ini. Karena, saat artikel ini ditulis, jumlah chapter-nya juga belum banyak.

Untuk sementara, manhwa ini memang masih memiliki cerita yang klise dan belumm menawarkan sesuatu yang baru. Di sisi lain, cara berceritanya masih cukup menarik untuk diikuti. Minimal, beberapa plot di dalamnya masih punya daging untuk digigit.

Selain itu, kualitas gambar yang bagus juga membuat manhwa ini memuaskan dibaca. Sekilas bisa dilihat kalau The Last Adventurer ini digarap dengan serius.

Sisanya ya masih harus melihat perkembangan chapter-chapter selanjutnya. Harapan saya, manhwa ini tidak jatuh pada siklus plot cerita yang itu-itu saja. Terutama pada detil plot yang ada. Sehingga, walau secara umum masih memakai resep yang sama, manhwa ini punya sesuatu yang unik untuk ditawarkan.

Terakhir, sayangnya, pada saat artikel ini ditulis, manhwa The Last Adventurer ini baru dirilis dalam terjemahan bahasa Inggris di Webtoons. Belum ada versi bahasa Indonesianya. Tapi kalau kamu memang berminat, tidak ada salahnya menengok ke sana, atau — ahem — melihat di sumber lain yang ada di internet.

Penulis

Kalau menurutmu bagaimana?