Serial Shogun mengakhir ceritanya di episode ke-10. Berbeda dengan tema perebutan kekuasaan yang sudah terlihat dari episode pertama, episode final Shogun berakhir tanpa peperangan sama sekali (hanya ditunjukkan secara tersirat).
Lalu, episode final Shogun ini juga mengakhiri cerita dengan nuansa khas budaya Jepang dengan berbagai adegan yang penuh simbol, yang memang sejak awal ditunjukkan dengan kuat. Dengan begitu, sangat bisa dimaklumi jika ada penonton yang merasa tidak paham dengan sikap atau tindakan yang dilakukan berbagai karakter serial Shogun ini.
Penjelasan Momen Penting Episode Final Shogun
Pengorbanan Mariko

Ya, pengorbanan Mariko memang kita lihat di episode 9 serial Shogun. Namun, imbas dari pengorbanan itu jelas terlihat di episode 10, yang menjadi penutup kisah ini.
Toda Mariko, yang punya nama asli Akechi Mariko, merupakan anak dari Akechi Jinsai yang berkhianat dan membunuh junjungannya Kuroda Nobunaga. Setelah insiden itu, Mariko selalu berniat ikut menebus aib keluarganya dengan melakukan seppuku. Namun keinginannya itu selalu ditolak dan ia harus hidup dengan aib tersebut, termasuk mengganti namanya.
Pada episode 9 kita melihatt bagaimana Mariko hampir mendapatkan keinginannya untuk melakukan seppuku, walau batal karena intervensi Ishido. Walau begitu, di akhir episode tersebut, Mariko akhirnya berhasil melakukan pengorbanan diri, bahkan kembali memakai nama aslinya Akechi Mariko di momen akhirnya.
Di episode final Shogun, kita mendapat penjelasan bahwa Toranaga mengganti strategi ‘Crimson Sky’ dengan mengirim Mariko ke Osaka untuk membongkar alasan Ishido menahan berbagai keluarga para Daimyo dan membebaskan mereka dari tahanan. Hal ini akan memindah dukungan para Daimyo pada Toranaga (bahkan juga dukungan dari Ochiba no Kata).
Toranaga dan Mariko, sebagai junjungan dan bawahan, ditunjukkan memiliki pemahaman tinggi atas pengorbanan, seperti juga Toda Hiromatsu yang melakukan seppuku. Melalui pengorbanan itu, Mariko mendapatkan keinginannya dan Toranaga memberikan sebuah jalan untuk menebus aib, bahkan memberinya harga diri, sebagai pondasi keberhasilan Toranaga mengalahkan Ishido dan wali lainnya.
Puisi Mariko

Pada saat pertemuan terakhir dengan teman masa kecilnya yang menjadi selir sang Taiko, Ochiba no Kata, Mariko mengucapkan puisi tentang dahan tak berdaun dan bunga-bunga hanyalah bunga-bunga “karena mereka berguguran”.
Setelah Mariko tewas, Yaechiyo Makamura, si penerus resmi Taiko, penasaran dengan puisi itu dan meminta ibunya, Ochiba no Kata untuk meneruskannya. Ochiba no Kata, yang berbai masa kecil dengan Mariko memahami puisi itu dan menambahkan, “Syukurlah, (ada) angin.”
Puisi ini merupakan metafora bahwa mereka, Mariko dan Ochiba no Kata, akan “berguguran” namun hal itu bisa memberi kesempatan pada perubahan.
“Tidak Ada Penerjemah”

Adegan di episode final Shogun saat Anjin (Blackthorne) pulang ke rumahnya yang disambut oleh Fuji Usami dan duduk di depan taman zen merupakan salah satu adegan yang kuat dan sangat melankolis. Apalagi saat Anjin mengucapkan “tidak ada penerjemah.”
Tentu saja, hal ini berarti Mariko sudah tidak ada di antara mereka, yang biasa duduk bertiga di depan taman zen dan berbincang-bincang, adegan yang sekaligus menggambarkan hubungan unik di antara mereka yang berlandaskan cinta dan tanggung jawab.
Blackthorne yang diangkat sebagai Hatamoto, belajar banyak di rumah itu, baik dari Mariko, Fuji-Sama, sampai dari Uejiro, soal budaya dan cara pandang orang Jepang. Dengan tiadanya Mariko dan imbas dari pengorbanannya, rumah itu usai menjalankan fungsinya. Rumah (dalam arti bangunan) itu bukan lagi sebuah “rumah” (dalam arti tempat pulang) bagi Anjin dan Fuji-Sama.
Blackthorne di Taman Zen

Di episode final Shogun, kita juga melihat Blackthorne pergi ke taman zen dan duduk di pinggirnya sambil menghadap batu. Tindakannya ini mencerminkan kejadian di episode awal, saat ia diberitahu makna taman zen oleh pengurus rumahnya Uejiro dan juga Mariko. Sesuatu yang tidak pernah ia pahami.
Dengan Mariko yang sudah tiada dan Fuji-Sama yang berniat menjadi biarawati, termasuk juga kapalnya yang dihancurkan, Blackthorne menghadapi kekosongan dalam hidupnya. Akhirnya ia bisa memahami konsep tersebut dan berusaha “berkomunikasi” dengan batu-batu yang hening itu.
Yabushige dan Toranaga

Yabushige Kashigi menemui akhir hidupnya di episode final Shogun, setelah ketahuan berkomplot dengan Ishido sebelumnya. Ia diperintahkan untuk melakukan seppuku dan Toranaga menjadi ‘orang keduanya’. Pada percakapan dua orang yang jadi junjungan dan bawahan sekaligus sahabat ini, ada banyak kisah menarik.
Yabushige memang selalu menjadi seorang oportunis walau ia tetap berusaha setia pada Toranaga. Menariknya, Toranaga yang banyak akal (dan mata-mata) juga mengetahui hal itu. Ini terlihat dalam percakapan ketika Yabushige protes kenapa ia, sebagai bawahan, selalu tidak diberitahu rencana Toranaga.
Di ujung hayat Yabushige itu, Toranaga mengabulkannya dan mmemberi gambaran apa yang akan terjadi selanjutnya pada perseteruannya dengan Ishido. Tapi, ketika Yabushige bertanya apakah selama ini Toranaga memang berambisi menjadi Shogun, Toranaga menjawab “Untuk apa memberitahu orang yang mau mati?”
Ucapan Toranaga itu menjadi jawaban atas ucapan Yabushige pada Omi Kashigi di awal serial, saat ia tidak memberitahu Toranaga soal kedatangan kapal Blackthorne, karena Toranaga akan segera dibunuh oleh para wali.
Sebelum bertemu dengan Toranaga, di episode final Shogun ini kita juga melihat bahwa akhirnya Yabushige menulis surat warisan dan puisi kematian, setelah sebelumnya ia sering berusaha menulis dan mengubah surat warisannya (mungkin ia juga sadar sikapnya yang oportunis bisa membawa maut).
Yang tidak kalah menarik tentu saja hubungan antara Yabushige dan Toranaga yang sama-sama mengetahui posisi mereka masing-masing — yang sama-sama berkomplot dan menyembunyikan rahasia satu sama lain — namun tetap bersikap normal layaknya sahabat, juga junjungan dan bawahan.
Hm, mungkin kalau di cerita film mafia seperti ucakan “it’s only business.”
Fuji-Sama dan Blackthorne di Danau

Salah satu adegan kuat lain di episode final Shogun adalah ketika Fuji-Sama diantar oleh Blackthorne untuk menyebar abu suami dan anaknya di danau. Akhirnya Fuji-Sama bisa melepas beban dan deritanya selama ini dan ia pun membantu Blackthorne untuk melepas Mariko.
Di sisi lain, momen ini menjadi puncak hubungan emosional mereka yang sebelumnya hanya sebatas tanggung jawab dan status saja. Namun, hubungan itu memang hanya pada momen ini saja, yang membuat adegan ini menjadi sebuah adegan yang kuat.
Buntaro Membantu Blackthorne Menarik Kapal

Blackthorne akhirnya menerima nasibnya di Jepang dan memutuskan untuk membangun kembali kapalnya, jug membantu Toranaga membuat angkatan laut. Di episode final Shogun ini, kita melihat Buntaro datang dan membantu Blackthorne beserta warga Ajiro untuk menarik keluar kapal Blackthorne dari laut.
Tapi adegan ini bukan sekedar menunjukkan bahwa Buntaro berdamai dengan Blackthorne saja. Ada pemahaman lebih jauh di antara mereka.
Seeperti sudah disebut di atas, Mariko selalu berusaha untuk melakukan seppuku untuk menghapus aib keluarganya. Namun usaha itu selalu ditolak, termasuk oleh Buntaro. Namun, di episode 9 kita melihat bahwa Blackthorne-lah orang yang mampu memenuhi hasrat Mariko tersebut. Peristiwa pengorbanan Mariko itu diketahui dan disadari oleh Buntaro. Oleh sebab itu, ia bisa melihat Blackthorne dalam pandangan lain.
Episode Final Yang Memuaskan
Episode final Shogun berhasil menutup kisah epik tentang perebutan kekuasaan di Jepang ini secara luar biasa. Seperti sudah disebut atas, episode final ini memang tidak menghadirkan peperangan besar. Namun tetap penuh gejolak.
Secara keseluruhan, serial Shogun sendiri berhasil menunjukkan kualitas yang tinggi, baik dari sisi teknis produksinya maupun dari ceritanya. Lalu, apapun yang terjadi, Fuji-Sama tetap ada di hati saya. Eh….
Ahem, jangan lupa cek juga serial terbaru apa saja yang hadir di tahun 2024 ini, supaya kamu tidak ketinggalan tontonan seru.