Review Film Raya And The Last Dragon: Berhasil Menyampaikan Pesan

Hari ini para penggemar Disney di Indonesia sedang menyorot tokoh putri baru dari Asia Tenggara bernama Raya. Dengan konsep kebudayaan Asia Tenggara, banyak penonton sekaligus kritikus memberikan nilai positif dalam review film Raya and the Last Dragon yang sudah tayang sejak 3 Maret 2021.

Setelah dikecewakan dengan Mulan, Popculture.id berkesempatan untuk menonton dan senang untuk menulis review film Raya and the Last Dragon. Jujur saja, film Raya and the Last Dragon begitu solid dan sangat menghibur para penontonnya. Film ini menghadirkan beragam elemen yang dieksekusi dengan sempurna; visual, adegan pertarungan sampai suguhan komedinya.

Plot

Raya and the Last Dragon adalah film yang menceritakan tentang legenda naga yang telah menghilang dari muka bumi selama 500 tahun. Manusia kehilangan naga setelah makhluk jahat bernama Drunn menyerang dan mengubah manusia dan naga menjadi seonggok batu. Namun kehidupan manusia berhasil diselamatkan oleh naga terakhir yang melegenda bernama Sisu yang mewariskan sebuah permata naga pada manusia.

500 tahun setelah kejadian tersebut, manusia saling berpisah dan membuat tanah naga yang dulunya bernama Kumandra terpisah dan membuat 5 negara baru, yakni; Heart, Fang, Talon, Spine dan Tail. Kelima wilayah tersebut saling berperang untuk mendapatkan permata sakti tersebut. Tokoh utama kita, Raya adalah seorang putri sekaligus penjaga permata tersebut.

Kejadian bermula saat Ayah Raya yang bercita-cita menyatukan kembali tanah Kumandra mengundang 5 perwakilan negara untuk berkumpul. Pengkhianatan terjadi dan berakhir dengan pecahnya permata menjadi 5 bagian. Terpecahnya sihir naga membuat segel Drunn rusak dan kembali mengulangi peristiwa 500 tahun silam, manusia kembali berubah menjadi batu. Di tengah kehancuran tersebut, Raya berkelana ke 5 negara dengan harapan dapat bertemu dengan sang naga terakhir Sisu dan sekali lagi menyelamatkan dunia dari ancaman Drunn.

Visual Mendetil, Cerita yang Menghibur dan Komedi yang Spektakuler

Raya and the Last Dragon adalah film yang solid dan sangat menghibur. Setelah terakhir kali dikecewakan dengan film live-action Mulan, banyak penonton yang merasa terpuaskan karena film ini. Mengusung tema Asia Tenggara, Raya and the Last Dragon berhasil mengaduk referensi lokal termasuk dari Indonesia; Kebudayaan, kuliner, bangunan dan landskap geografis meski ada beberapa hal yang disesuaikan demi keberagaman cerita.

BACA JUGA  "Prey" Berpotensi Jadi Film Predator Terbaik Setelah Versi Orisinal

Raya and the Last Dragon juga menghadirkan visual yang indah dengan animasi yang super detil. Nggak diragukan lagi, Disney ingin membuat para penonton, terutama masyarakat Asia Tenggara terkesan dan bangga menjadi bagian dari semesta Disney. Selain visual, ceritanya juga terasa mengalir berkat penulisan naskah yang rapi. Saking serunya, durasi 1 jam 40 terasa kurang.

Ada dua hal yang menarik dalam film Raya and the Last Dragon. Pertama, adegan pertarungan yang menggunakan bela diri asli Asia Tenggara. Kita bisa melihat tokoh Namaari yang menggunakan teknik muay thai dari Thailand serta Raya yang menggunakan pencak silat dari Indonesia. Kita juga bisa lihat senjata milik Raya terlihat seperti keris jika dilihat dari bentuknya.

Terlepas dari itu, hal spektakuler lain dari film ini adalah unsur komedinya. Interaksi Raya dan Sisu, sebagai dua tokoh utama dengan para tokoh pembantu terasa sangat hangat dan lucu. Awkwafina berhasil memerankan tokoh Sisu, naga air yang bukan hanya sakti tapi punya selera humor yang tinggi. Selain lewat dialog, tingkah bayi dan tiga monyetnya serta captain Boun dan Tuk Tuk nggak kalah menggelitik. Usur komedi dalam film ini juga dibawakan dengan beragam cara unik yang ditujukan untuk membuat penonton tertawa lepas.

Pesan Kuat Tentang ‘Kepercayaan’ Tersampaikan Dengan Baik

Bukan Disney namanya jika mereka nggak menyampaikan sebuah pesan positif dalam film-film animasinya. Jika dalam film Mulan mereka mengangkat tema feminisme dan kehormatan, maka dalam Raya and the Last Dragon kita disuguhi dengan tema; trust atau kepercayaan.

Yup. Pada dasarnya film ini berkisah soal pengkhianatan dimana manusia sudah nggak lagi saling percaya satu sama lain. Hal ini terjadi pada kehidupan sosial kita hari-hari ini. Masyarakat sangat mudah terbelah dan diadu domba karena kurangnya kepercayaan satu sama lain.

Sepanjang film penonton ibawa pada beragam kejadian pengkhianatan, yang membuat dada terasa sesak. Penonton dituntun untuk percaya bahwa kita nggak pernah bisa lagi percaya pada manusia atau orang lain. Di akhir cerita ternyata semuanya keliru. Pada akhirnya kepercayaan pada sesama manusia yang menyelamatkan dunia dan membuatnya menjadi tempat yang lebih baik. Pesan kepercayaan ini berhasil disampaikan dengan gambaran happy ending yang amat menyentuh dan berkesan.

BACA JUGA  Review Film Mortal: Suguhan Cerita Mitologi Tanpa Kreativitas

Akhir kata, film Raya and the Last Dragon mungkin sangat menghibur dengan aksi, cerita, visual dan komedinya. Di samping itu, para penonton juga mendapatkan pesan soal kepercayaan antar manusia usai menonton film ini.

Nah itu dia akhir review film Raya and The Last Dragon dari Popculture.id. Buat kamu yang belum berkesempatan nonton, Raya and The Last Dragon masih tayang di bioksop dan juga di situs streaming Disney+. Yuk, buruan nonton!

Raya and the Last Dragon
Ringkasan
Raya and the Last Dragon adalah film yang menghibur dengan visual dan animasi mendetail, referensi kebudayaan Asia Tenggara yang cukup lengkap dan komedi yang mengocok perut. Di samping itu, film ini juga berhasil menyampaikan pesan film dengan baik.
7.9
Good!
%d blogger menyukai ini: