Perlu kita akui, Disney adalah studio yang cukup berjasa memberi kita kebahagiaan masa kecil. Studio yang terletak di Hollywood, Amerika Serikat tersebut selalu berhasil menghibur anak-anak di seluruh dunia lewat film-film animasinya. Sebagai contoh, banyak anak-anak Asia yang merasa senang saat nonton film animasi Mulan.
Selain membuat bangga mereka yang berada di timur dunia, Film animasi Mulan yang dirilis tahun 1998 memiliki cerita yang kuat, penggambaran mitos dan kebudayaan yang mengedukasi masyarakat Barat. Setelah 22 tahun berlalu, Kini memori kita nonton film Mulan saat kecil digantikan oleh film live-action Mulan yang dirilis tahun 2020.
Banyak yang mengatakan bahwa film live-action Mulan bagus. Ada juga yang mengatakan bahwa film ini merusak citra sang tokoh. Di antara dua kubu tersebut, Popculture.id punya penilaian sendiri terhadap film ini. Daripada berlama-lama, yuk simak aja ulasan kita di bawah ini!
Plot

Disney adalah studio selalu yang terbilang hati-hati dalam menggarap sebuah proyek live-action dari film animasi. Ini adalah alasan utama studio tersebut selalu menghasilkan film dengan penghasilan luar biasa. Disney hampir selalu sukses membawa ruh film animasinya ke versi live-action.
Sayangnya hal tersebut harus berubah. Nafas positif tersebut nggak terlihat dan terasa saat saya nonton film live-action Mulan. Film yang dirilis tanggal 25 Maret 2020 ini cukup bisa membuat saya menghela nafas.
Hampur seperti dalam film animasinya, Mulan 2020 bercerita tentang sosok anak perempuan dari pedesaan China yang berangkat membela keluarganya saat kekaisaran di serang oleh pihak lawan.
Inti film ini adalah kisah kebimbangan seorang Mulan karena dikekang dan dipaksa menyembunyikan kekuatan chi yang ia miliki. Di sisi lain kekaisaran berada dalam ancaman suku bar-bar yang dibantu oleh seorang penyihir perempuan yang super kuat. Di tengah kecamuk perang tersebut kekaisaran memerintahkan setiap keluarga mengirimkan satu orang laki-laki untuk ikut berperang
Karena orang tua Mulan nggak memiliki anak laki-laki dalam keluarganya, Hua Zhou, ayah Mulan berencana pergi sendiri meski kondisinya lemah dan renta. Melihat sang ayah, Mulan memutuskan untuk mengambil tugas sang ayah dan menyamar jadi sosok laki-laki dan mengikuti pelatihan prajurit. (Dalam film ini diceritakan perempuan nggak boleh jadi prajurit)
Pelatihan tersebut berjalan mulus, bahkan Mulan jadi prajurt terkuat di antara yang lain. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Peperangan meletus. Mulan yang selama itu merahasiakan identitasnya memutuskan untuk mengungkap jadi dirinya sebagai seorang prajurit perempuan. Musuh dapat dikalahkan dan Mulan menjadi pahlawan.
Seperti yang sudah kalian baca, cerita Mulan nggak memiliki sesuatu yang spesial sama sekali. Ini adalah film ‘heroik’ standar dengan pesan yang standar juga.
Kekurangan

Sebelum perilisannya film Mulan cukup kontroversial. Hal ini dikarenakan film Mulan diboikot oleh demonstran Hong Kong. Kejadian ini bermula saat sang pemeran utama Liu Yifei melontarkan pernyataan kontroversial yang menyebut bahwa ia mendukung tindakan polisi Hong Kong.
Hasilnya rating film Mulan jelek bahkan sebelum film ini resmi tayang. Ternyata rating jelek yang diberikan para demonstran Hong Kong terbukti. Film Mulan ini bisa dibilang film ‘gagal’ dan ‘mentah’.
Dari mulai minimnya variasi pengambilan gambar, penulisan yang terkesan acak, banyaknya plot hole dan filler sampai akting para pemeran yang kaku. Alih-alih memberi angin segar pada film-film kolosal, Mulan justru terjerumus karena kurang matangnya aspek mendasar dalam pembuatan film
Kendati begitu, saya kira Mulan terbilang cukup sukses menggambarkan watak patriarki di zaman tersebut. Watak itu digambarkan dengan adanya perlawanan kaum laki-laki terhadap perempuan yang ingin menjadi prajurit. Dan Mulan pada akhirnya menggebrak stigma tersebut. Meskipun pada akhirnya pesan ‘revolusioner; ini nggak menyelamatkan nasib film Mulan sama sekali.
Konklusi

Akhir kata, yang saya rasakan saat menonton film Mulan hanyalah kecanggungan. Setelah menonton fim ini, memori masa kecil saya merasa kecewa. Saya yang berharap bisa melihat aksi justru diberi Mulan yang sok kuat dan sok bijak bahkan terlihat cengeng.
Selain itu banyak setting dan properti yang meleset dari kebenaran sejarahnya. Hal ini menambah rentetan kekurangan Mulan, yang jika dibahas dalam artikel ini akan mengular dari Tiongkok sampai Hollywood. Ya dengan film Mulan pada akhirnya kita sadar kalau menyerahkan tokoh masa kecil kita pada seseorang yang nggak serius dan kontroversial hanya membuahkan kekecewaan.