Serial Percy Jackson and the Olympians cukup menjadi pembicaraan karena disebut lebih mendekati buku aslinya, namun ada beberapa perbedaan atau perubahan yang terjadi. Setelah tayang, mungkin saatnya kita membicarakan hal tersebut.
Untuk yang belum tahu, serial Percy Jackson and the Olympians ini dibuat berdasar seri buku fantasi remaja berjudul sama karangan Rick Riordan. Sang pengarang itu juga terlibat dalam pembuatan serial yang tayang di Disney+ ini.
Sebelum ini, buku tersebut juga pernah diangkat menjadi dua buah film, yaitu film Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010) dan Percy Jackson: Sea of Monsters (2013). Film ketiga, Percy Jackson: Titan’s Curse, sempat dikembangkan namun tidak diproduksi. Yah, sudah diketahui kalau Rick Riordan tidak menyukai versi film ini.
Jadi tentunya menarik melihat bagaimana serial ini mengisahkan petualangan Percy Jackson. Paling tidak dari dua episode yang sudah tayang.
Cerita Serial Percy Jackson
Cerita musim pertama serial ini mengadaptasi buku pertama dari seri Percy Jackson and the Olmpians, yaitu The Lightning Thief. Kisah dimulai dari bagaimana Percy mengetahui kalau dirinya adalah half-blood. Kemudian ia, bersama Annabeth dan Grover, berusaha mencari petir Zeus untuk mencegah terjadinya peperangan antara Zeus dan Poseidon.

Yang menarik, judul-judul 8 episode serial Percy Jackson ini pun mengikuti beberapa judul bab di bukunya. Misalnya seperti episode pertama yang berjudul I Accidentally Vaporize My Pre-Algebra Teacher (di buku bab pertama) dan episode kedua I Become Supreme Lord of the Bathroom (di buku bab ke-6).
Sejauh episode yang tayang saat artikel ini ditulis (episode 1 dan episode 2), ceritanya memang lebih dekat dengan versi aslinya dibuku. Misalnya ada adegan Percy di-bully oleh Clarisse di kamar mandi. Begitu juga saat pertandingan perebutan bendera, Percy ada di satu tim dengan Annabeth dan Luke, lalu di akhir pertandingan bertarung dengan Clarisse dan anak-anak Ares lainnya.
Yah, memang dari segi cerita juga ada beberapa perubahan. Tapi perubahan ini relatif kecil dibandingkan perubahan di filmnya dulu.
Sebagai contoh, di buku, Percy diserang oleh Mrs Dodds di dalam museum, sementara di serial ada di luar. Kemudian, di buku, Percy berhasil mengalahkan Clarisse dengan memukul dahinya dengan pegangan pedang. Sedangkan di serial tidak.

Contoh lainnya, di serial ini, Luke menggambarkan hubungannya dengan Annabeth seperti adik perempuannya. Memang, sejauh ini belum ada gambaran dari sisi Annabeth. Tapi di buku, ada unsur asmara pada hubungan mereka berdua. Kalo istilah jadulnya cinta monyet. Tapi untuk hal ini masih perlu kita lihat lagi.
Karakter di Serial
Di kedua film yang sempat dirilis, Percy Jackson diperankan oleh Logan Lerman, Annabeth Chase diperankan oleh Alexandra Daddario, dan Grover Underwood diperankan oleh Brandon T. Jackson.
Pemilihan pemeran ini sempat menjadi perbincangan karena karakter mereka dibuat lebih tua dari aslinya. Sementara di serial Percy Jackson ini, usia pemerannya lebih mendekati di buku, yaitu di awal remaja.

Untuk karakter Percy mungkin tidak terlalu ada masalah. Yah, kecuali celetukannya yang khas di buku tidak terlalu kelihatan di serial ini.
Sementara Annabeth…. Yah, sudah jelas kalau ia berbeda dengan di buku, karena di sini ia berkulit hitam. Di buku, ia digambarkan sebagai gadis yang sedikit lebih tinggi dari Percy, bertubuh atletis, kulit terbakar matahari (seperti gadis dari California), rambut ikal berwarna pirang madu, dan mata berwarna abu-abu seperti awan badai.
Silakan baca bab 5 buku The Lightning Thief. Deskripsi ini, terutama soal rambut dan mata, lumayan sering disebut di buku. Dalam hal deskripsi, Alexander Daddario dari film Percy Jackson lebih sesuai, walau jauh lebih tua.
Tanpa berniat rasis dan tanpa mengurangi rasa hormat pada Rick Riordan yang menggarap serial Percy Jackson ini, juga pada Leah Sava Jeffries sang pemeran Annabeth, deskripsi di buku itu terus menghantui saat menonton serialnya. Rasanya ada yang mengganjal. Leah Save Jeffries juga belum terlalu menonjol di dua episode ini. Masih perlu dilihat lebih jauh lagi.
Kemudian Grover yang dibuku digambarkan punya kaki yang timpang sebagai mist untuk menutup kaki kambingnya, di serial tampak normal. Tapi itu hanya hal kecil sih. Yang terasa kurang dari Grover versi serial ini (sampai sejauh ini) adalah tingkah kambingnya yang suka terbawa, seperti cara ketawanya, yang menjadi humor tersendiri di buku.
Tunggu Perkembangan Selanjutnya
Sejauh dua episode yang sudah tayang, serial Percy Jackson and the Olympians cukup menarik ditonton. Paling tidak memuaskan dari sisi cerita, karena memang lebih dekat dengan di buku, dibanding dua film Percy Jackson sebelumnya.
Kalau ada kekurangannya, mungkin beberapa perilaku khas karakternya, seperti gaya bicara Percy dan tingkah Grover, masih belum terlihat. Padahal gaya bercerita itu yang membuat buku Percy Jackson asik dibaca, selain ceritanya yang menarik.
Tapi tentu saja, ini masih merupakan kesan pertama. Kita masih perlu melihat lebih jauh lagi bagaimana serial Percy Jackson ini berjalan di season 1. Nah, kalau menurutmu sendiri bagaimana?
Lihat juga perbedaan serial Percy Jackson episode 3 dengan di bukunya.