Kembali di konten review Popculture.id. Sekarang kita akan review film terbaru besutan Netflix berjudul Outside the Wire yang dirilis pada tanggal 15 Januari 2021 kemarin. Outside the Wire dibintangi beberapa aktor ternama seperti Anthony Mackie, Damson Idris dan Emily Beecham.
Outside the Wire disutradarai oleh Mikael Håfström, sutradara yang terkenal menggarap film-film horor. Selain jadi pemain, Anthony Mackie yang berperan sebagai Sam Wilson alias Falcon di MCU menjadi produser film ini. Mengusung genre aksi, Outside the Wire mencoba menyuguhkan hiburan pada penonton semasa pandemi. Pertanyaannya, apakah film ini layak untuk ditonton? Nah berikut ini adalah review selengkapnya film Outside the Wire. Yuk simak!
Plot

Outside the Wire menceritakan peperangan yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Karena negara-negara tersebut berpotensi menghancurkan dunia menggunakan senjata nuklir, Amerika Serikat sebagai negara adidaya turun ke dataran Rusia untuk menjadi penengah konflik. Nggak disangka Amerika kesulitan mengendalikan keadaan dan akhirnya membuat senjata anyar berupa tentara robot untuk menggantikan para tentara manusia (meskipun tentara manusia tetap digunakan).
Film ini berfokus pada seorang penerbang drone bernama Thomas Harp yang terkena hukuman karena menyalahi perintah dan membunuh rekannya sendiri menggunakan roket. Thomas yang selalu melihat perang dari pesawatnya, nggak pernah merasakan kondisi nyata zona konflik. Sebagai hukuman, Thomas diutus untuk bertemu dengan Captain Leo, tentara yang ternyata merupakan senjata pamungkas Amerika, cyborg berbentuk manusia yang telah memiliki emosi, kecerdasan dan kemampuan bertarung di atas rata-rata. Keduanya kemudian terjun ke luar markas demi menyelamatkan dunia dari ancaman kiamat akibat nuklir.
Film Aksi yang Lengkap

Ada banyak sekali film aksi yang dirilis setiap tahunnya. Maka dari itu tema film-film aksi dirasa telah usang. Entah itu nukir, tentara, mata-mata dan masih banyak lainnya. Karena kejenuhan tema tersebut, film aksi disebut genre yang malas menulis cerita. Tapi ada beberapa unsur yang membuat sebuah film laga akan terasa keren yaitu adegan pertarungan baik itu menggunakan senjata api maupun senjata kosong.
Sebagai film aksi, Outside the Wire dapat dikatakan lengkap. Ada adegan peperangan menggunakan senjata api yang menyenangkan untuk ditonton, apalagi dengan tambahan robot-robot yang mengancam dan membuat suasana semakin tegang.
Meski ada robot, film ini juga memperlihatkan adegan pertarungan tangan kosong dengan koreografi yang cukup variatif dan sudut pengambilan gambar yang membuatnya terasa sangat nyata dan menarik. Akting setiap aktor juga cukup baik meski ada beberapa bagian yang bisa lebih sempurna. Singkatnya, Outside the Wire sebagai film laga cukup lengkap dan menarik disaksikan untuk hiburan di akhir pekan.
Sudut Pandang yang Meleset

Mesk film Outside the Wire lengkap secara aksi tetap saja ada kekurangan. Seperti kebanyakan film laga, Outside the Wire kurang menggigit dan terkesan tanggung. Ceritanya sangat lemah sampai-sampai kita merasa bosan karena terus disuguhi dengan beragam adegan perang yang penuh efek. Tema nuklir yang dicampurkan dengan robot ternyata nggak cukup kuat mendongkrak film ini naik ke atas.
Hal ini terasa saat film masuk ke bagian akhir. Film ini ingin menyuguhkan plot twist lewat pengkhianatan, namun sayang meleset dan justru membuat lubang besar yang membingungkan penonton. Pembahasan soal rasisme yang disinggung juga terasa sangat ragu-ragu untuk keluar, apalagi pembahasan politik dan humanisme.
Kutipan dialog patriotik ala film perang membuat Outside the Wire berakhir buruk. Tokoh Harp akhirnya terjebak menjadi tokoh tentara pada umumnya; fasis dan naif dalam satu paket. Apakah ini penting? Tentu saja, karena Outside the Wire punya potensi untuk bicara lebih banyak dari sudut pandang lain mengenai Amerika yang selalu ikut campur urusan negara lain, kehidupan warga sipil di zona konflik dan kematian sia-sia para tentara muda karena politik orang-orang kaya. Padahal dari judulnya saja, “Outside the Wire” yang artinya “Di Luar Markas” bisa menceritakan peperangan dari perspektif mereka yang tidak berada di dalam markas. Sayang seribu sayang, Outside the Wire malah memilih jalan patriotik yang usang dan tak lagi relevan.
Nah gimana menurut kalian Popins? Apakah kalian sudah menonton film ini? Kalau sudah gimana pendapat kalian? Buat kamu yang belum, menurut Popculture.id film ini layak disaksikan untuk hiburan. Seperti sudah disinggung sebelumnya, beragam adegan aksinya sangat menegangkan sekaligus keren.