Kalau kamu suka film perang, terutama misi pasukan elit yang bernuansa black ops dan memiliki tensi tinggi, Land of Bad mungkin cocok buat kamu. Film action ini menghadirkan kisah penyelamatan yang berubah jadi usaha bertahan hidup di wilayah musuh. Kebayang kan?
Land of Bad dibintangi oleh aktor-aktor yang cukup menarik, yaitu dua bersaudara Hemsworth, Liam (yang paling muda) dan Luke (yang paling tua), juga Russel Crowe, Ricky Whittle, dan Milo Ventimiglia.
Film ini dirilis di bioskop pada tanggal 16 Februari 2024 (Amerika) dan tersedia sebagai Video on Demand pada 19 Maret 2024. Dari masa tayang yang pendek sudah terlihat kalau film Land of Bad ini gagal. Bahkan ternyata terhitung rugi, karena hanya mendapat penghasilan $6,5 juta dibanding biaya peroduksi yang senilai $18,7 juta.
Padahal, setelah menonton film ini, menurut saya filmnya nggak jelek. Masih cukup seru dan menegangkan. Paling tidak ini opini saya.
Cerita Land of Bad
Sersan JJ “Playboy” Kinney (Liam Hemsworth) ditugaskan sebagai JTAC1 bergabung dalam tim Pasukan Delta bersama Sersan John “Sugar” Sweet (Milo Ventimiglia), Sersan Abell (Luke Hemsworth), dan Sersan Bishop (Ricky Whittle).

Mereka mendapatkan misi menyelamatkan mata-mata CIA yang ditangkap dan menjadi tawanan Alexander Petrov, pedagang senjata dan mantan agen KGB, di Filipina Selatan. Dukungan yang mereka dapatkan hanyalah sebuah drone dan pesawat Hornet.
Sementara itu, Kapten Eddie “Reaper” Grimm (Russel Crowe) menjadi pilot drone yang berkomunikasi dengan Sersan Kinney dengan bantuan rekannya, Sersan Nia Branson (Chika Ikogwe).
Sampai daerah yang menjadi target, tim segera mengambil posisi strategis untuk melakukan penyelamatan. Mereka melihat Petrov bersama keluarganya di sana. Namun yang tidak diduga gerombolan teroris Abu Sayyaf di bawah pimpinan Saeed Hashimi tiba.
Hashimi membunuh istri Petrov. Ketika hendak membunuh anaknya, Abell menembak Hashimi dan menggagalkan pembunuhan itu. Hanya saja keberadaan mereka kini diketahui musuh dan pertempuran pun terjadi.
Abbel tewas tertembak, sementara Sugar dan Bishop terkena serangan roket RPG. Kinney yang tinggal sendirian pun berusaha menyelamatkan diri dengan dibantu oleh Reaper dengan drone-nya. Sayangnya usaha menjemput Kinney gagal karena mereka dikepung oleh pasukan Abu Sayyaf, bahkan setelah menghabiskan amunisi dari drone dan pesawat Hornet pendukung.
Saat Kinney tertangkap, Sugar yang ternyata masih hidup menyelamatkannya. Mereka pun bersepakat kembali ke target semula untuk menyelamatkan Bishop yang ditawan di sana. Kinney memberitahu Reaper rencana mereka dan meminta dukungan serangan udara baru untuk menghancurkan markas musuh tersebut.

Saat mereka menyusup, lagi-lagi mereka ketahuan dan tertangkap, padahal pesawat Amerika sudah mulai melakukan serangan udara. Hashimi mengeksekusi Sugar. Saat Kinney disiksa dengan ditenggelamkan di bak air, bom napalm jatuh dan hampir membunuh semua orang.
Kinney pun harus menyelamatkan Bishop dan mata-mata CIA yang menjadi tawanan, sebelum bom terakhir jatuh menghancurkan mereka.
Punya Detil Menarik
Dari segi plot cerita dan karakternya, secara umum film Land of Bad memang boleh dibilang standar dan klise. Ada misi penyelamatan yang kacau, ada Kinney sebagai tentara “anak bawang”, dan ada juga Reaper yang merupakan tentara senior tapi pemberontak.
Toh, film ini masih menyisakan sedikit ruang untuk menggerakan ceritanya dengan beberapa sub-plot yang menurut saya menarik. Minimal memberikan gambaran karakteristik dua tokoh utama Kinney dan Reaper, beserta perkembangannya.
Kinney, sebagai anak “tekno” yang berhubungan dengan drone, berpendapat bahwa pertempuran dengan teknologi baru lebih “manusiawi”. Ia akhirnya harus bertahan hidup dengan cara “old fashioned” ketika dukungan serangan udara habis.
Sayangnya, opininya tentang perang dengan teknologi baru yang lebuih manusiawi tidak dibenturkan di sini. Padahal hall itu merupakan poin yang menarik, Yah mungkin latar pertempuran di film Land of Bad ini tidak cocok untuk membua plot yang berhubungan dengan itu.

Reaper adalah tentara senior yang tetap memilih menjadi kapten. Ia adalah sosok “old school” yang punya disiplin tersendiri walau kerap memberontak pada atasan. Konfliknya dengan rekan-rekan tentara, termasuk atasannya, yang lebih muda menarik dilihat.
Salah satu yang menonjol pada film Land of Bad ini adalah komunikasi antara Kinney dan Reaper. Selain percakapan soal navigasi dan posisi, Reaper juga berusaha menenangkan Kinney saat ia diburu oleh kelompok teroris Abu Sayyaf dan mendorongnya untuk tetap berjuang.
Selain selipan sedikit drama tersebut, berbagai adegan pertempuran dan aksi yang ada di film ini juga cukup memuaskan. Mulai dari yang awalnya menyerang secara diam-diam dengan senapan sniper, tembak-tembakan langsung, sampai proses serangan udara. Semua ditampilkan dengan bombastis dan boleh dibilang satisfying.
Ketegangan yang dibangun juga cukup lumayan. Seperti sudah disebut di atas, misi yang tadinya diam-diam menjadi semakin riuh. Walau begitu, ada momen yang momen yang memberikan waktu bernapas sebelum tensi naik lagi.
Meskipun begitu, Land of Bad juga punya beberapa kekurangan. Yang paling terasa bagi saya adalah hitungan waktu dari beberapa adegan di dalamnya yang tidak pas. Misalnya saat bom terakhir mau dijatuhkan dan waktu tersisa hanya sekitar 6 menit untuk menghentikannya supaya Kinney dan rekan-rekan selamat.

Dalam waktu itu, Reaper yang sudah pulang dan sedang berbelanja, sempat susah dihubungi oleh Kinney, lalu ia bisa berusaha menelpon beberapa kali (yang tidak diangkat oleh markas) sambil kembali ke markas naik mobil, kemudian parkir, masuk ke dalam ruangan, dan menyuruh membatalkan serangan. Rasanya 6 menit tidak bisa mencakup semua itu.
Kemudian, babak ketiga film ini, saat Kinney dan Sugar kembali untuk menyelamatkan Bishop juga tidak dieksekusi dengan baik. Di sini malah tensinya terasa agak menurun. Apalagi ketika Kinney selamat dari serangan bom napalm karena ia sedang ditenggelamkan. Begitu juga dengan pertemuan terakhirnya dengan Hashimi yang agak anti klimaks.
Masih Asik Buat Ditonton
Sekali lagi, film Land of Bad ini bisa terasa klise dari segi ceritanya. Lalu dari beberapa plot yang ada juga bisa terasa menggelikan dan ending-nya juga agak terasa “lewat begitu saja”. Tapi dari sisi hiburan, film ini masih menyenangkan untuk ditonton. Masih ada cukup banyak hal menarik dan masih mampu menyajikan ketegangan.
Dari semua hal itu, mungkin bisa dimaklumi kenapa film Land of Bad gagal di box office. Karena memang tidak memiliki sesuatu yang istimewa. Tapi kalau untuk hiburan yag ditonton di waktu senggang lewat layanan streaming, yah… seperti yang saya sebut tadi, film ini masih menghibur.
Jadi, sekali lagi. Jika kamu memang penggemar film perang, terutama yang bernuansa misi rahasia, dan belum sempat nonton film ini, silakan coba. Semoga tidak kecewa.