Saya ingat waktu tergila-gila main game Fallout 3 di tahun 2008. Game itu memberikan pengalaman di dunia post-apocalypse dengan nuansa retro-futuristik yang unik dan seru. Sayangnya, saya belum sempat main game kelanjutannya, Fallout 4. Tentu saja, ketika ada kabar bahwa serial Fallout akan hadir di Prime Video, saya termasuk salah satu yang antusias menunggunya.
Serial ini dibuat oleh Graham Wagner dan Geneva Robertson-Dworet. Nama yang disebut terakhir merupakan penulis film Tomb Raider (2018) dan ikut terlibat menulis naskah film Captain Marvel (2019). Lalu, serial Fallout ini dibintangi oleh Ella Purnell, Walter Goggins, Aaron Morten, Kyle MacLachlan, dan Moises Arias.
Yah, setelah menonton serial ini di Prime Video, saya akui saya cukup puas. Jadi mari kita lihat apa yang menarik dari serial ini.
Cerita Serial Fallout
Fallout bercerita tentang perjalanan Lucy MacLean (Ella Purnell) yang keluar dari Vault 33 setelah terjadi insiden di dalamnya dan menelusuri Wasteland untuk mencari ayahnya yang diculik. Di sisi lain, ada The Ghoul (Walter Goggins), mantan aktor yang bermutasi dan kini hidup sebagai pemburu hadiah, dan Maximus (Aaron Morten), seorang anggota Brotherhood of Steel yang bermimpi jadi salah satu ksatria di kelompok itu. Mereka bertiga bertemu dan terlibat dalam sebuah konspirasi misterius.

Cerita dimulai dari peristiwa awal kehancuran dunia terjadi. Cooper Howard, seorang aktor, menjadi bintang tamu di sebuah acara ulang tahun seorang bocah dari keluarga kaya. Saat pesta berjalan, di TV tampak berita soal konflik yang memicu perang nuklir. Benar saja, tidak lama setelah itu terlihat bom meledak di berbagai tempat, sementara orang di pesta berusaha menyelamatkan diri.
219 tahun kemudian, cerita berpindah pada Lucy MacLean, gadis yang hidup di Vault 33 dengan ayahnya, Hank MacLean, yang menjadi pimpinan (overseer) vault tersebut. Ia akan menikah dengan seorang pemuda dari Vault 32. Namun, setelah pernikahan itu berjalan, rombongan dari Vault 32 yang ternyata kelompok Raider dari permukaan, menculik Hank. Berlawanan dengan opini penghuni Vault 33 yang tersisa, Lucy pun pergi keluar untuk mencari ayahnya.
Sementara itu Maximus, yang waktu kecil mengidolakan Ksatria Brotherhood of Steel, sedang mengikuti pelatihan di kelompok tersebut. Ia kemudian ditunjuk menjadi asisten salah satu Ksatria. Namun, saat memulai tugasnya, ia menemukan kalau Ksatria itu tidaklah seperti yang ia bayangkan. Setelah sebuah insiden, sang ksatria tewas, dan Maximus memutuskan menggantikannya sebagai Ksatria Brotherhood of Steel tanpa sepengetahuan siapapun.
Perjalanan Lucy di Wasteland membawanya ke Filly, tempat ia terlibat dengan Dr. Siggi Wilzig, ilmuwan dari The Enclave yang kabur membawa cold fusion core. Di sana ia juga bertemu dengan Cooper Howard, yang kini dikenal sebagai The Ghoul si pemburu hadiah, dan Maximus, yang berusaha bersikap sebagai Ksatria dari Brotherhood of Steel.
Begitulah petualangan Lucy membawanya menguak konspirasi dan rahasia yang melingkupi kehancuran akibat bom, vault, dan ayahnya.
Berhasil Membawa Nuansa Game Dengan Baik

Salah satu faktor yang membuat sebuah adaptasi berhasil adalah world-building yang detil, dan serial Fallout berhasil menghadirkannya sejak awal, lengkap dengan berbagai easter egg dari game.
Saat Lucy bercerita soal kehidupannya di Vault 33 di awal serial, saya segera teringat pada bagian awal game Fallout 3, saat kita juga diperkenalkan pada kehidupan di vault. Kita melihat lorong-lorong vault dengan dinding besi yang tebal, juga nuansa retro-futuristik melalui berbagai teknologi yang canggih tapi kuno.
Tapi tentu saja, petualangan sebenarnya ada di Wasteland, di luar vault tersebut. Serial Fallout pun berhasil menggambarkan dunia yang gersang dan orang-orang yang bertahan hidup dengan berbagai cara, termasuk yang tidak lazim dan seringkali brutal.
Lihat saja rumah-rumah yang hancur, pakaian yang sobek-sobek, berbagai benda yang terlihat aus, sampai teknologi swadaya yang dibuat demi bertahan hidup di dunia yang minim sumber daya. Kita juga bisa melihat berbagai makhluk yang mengalami mutasi akibat radiasi. Semua bisa ditampilkan dengan realistis. Kalau ada yang kurang, hal itu mungkin muncul dari beberapa mutan yang kelihatan punya kulit seperti plastik/karet.
Tidak hanya dari segi fisik saja. Di serial Fallout ini tidak ada tokoh yang punya sikap wajar, juga tidak ada gambaran tokoh yang hitam-putih, kecuali mungkin Lucy yang memang naif. Warga vault terlihat naif dan sangat fungsional (sesuai karakteristik vault tempat mereka tinggal) dan yang berada di permukaan terlihat selalu mencari untung. Semua berada di area abu-abu, demi bertahan hidup.
Serial Fallout juga tidak menahan apa pun untuk menggambarkan proses bertahan hidup ini. Berbagai adegan brutal hadir tanpa basa-basi. Lucunya, serial ini menunjukkan betapa musahnya melukai orang lain, misalnya memotong jari mereka, semudah memulihkannya, menyambung jari itu kembali—walau secara tidak wajar.
Perkembangan Karakter dan Plot Menarik

Walau saya awalnya sangat antusias dengan serial Fallout ini, terus terang saya juga menyimpan kekuatiran soal plot ceritanya. Apakah plot cerita Fallout ini bisa menggigit atau tidak. Untungnya, kekuatiran saya ini tidak beralasan.
Serial ini memang tidak mengadaptasi cerita dari salah satu game Fallout, tapi membuat cerita baru di dalam dunia game tersebut. Menurut saya, langkah itu tepat dan berhasil. Serial ini berhasil melengkapi dunia di dalam game, bahkan memberikan latar belakang beberapa hal ikonik dengan baik.
Alur ceritanya pun enak diikuti. Bermula dari satu permasalahan, cerita kemudian berkembang menjadi lebih kompleks dengan misteri dan konspirasi yang kemudian menghubungkan berbagai tokohnya. Bahkan, kalau kita mau bicara secara lebih mendalam, cerita ini mengupas masalah ideologi (kapitalisme) dengan jitu.
Perkembangan tiap karakter yang ada di serial Fallout ini juga bagus. Entah itu Lucy, The Ghoul, Maximus, Hank, Moldaver, sampai ke Norm MacLean (adik Lucy) dan berbagai karakter pendukung lain, seperti Stephanie Harper, Chet, dan lain-lain.
Perkembangan karakter paling jelas tentu saja Lucy yang berangkat sebagai sosok yang naif menjadi sosok yang menghadapi kenyataan dengan pahit dan realistis. Ia tetap punya sikap optimis yang sama, namun nilai-nilainya berubah. Kata “Okey dokey” yang Lucy ucapkan di awal sudah memiliki muatan berbeda dengan di akhir serial.
Selain itu, jika kita bicara soal karakter, tokoh The Ghoul alias Cooper Howard juga menarik. Sosoknya yang di awal tampak sebagai villain, ternyata menyimpan sisi lain. Bukan berarti ia berubah dari sosok jahat menjadi baik — ia tetap berada di wilayah abu-abu — hanya saja tindakan dan interaksinya dengan Lucy berkembang dengan baik sepanjang serial.
Humor Absurd Khas Fallout

Tapi salah satu hal yang paling membuat saya senang dengan serial Fallout, di samping world-building dan ceritanya, adalah humor gelap yang seringkali satir dan absurd yang sama dengan yang ada di dalam game-nya.
Humor yang ada memang sangat situasional, sesuai konteks para tokoh dan dunia yang ada di sana. Jadi memang bukan jenis yang bisa bikin ketawa terbahak, tapi cukup menggelikan.
Lihat saja bagaimana Lucy mengancam The Ghoul dengan pistol bius yang dosisnya tidak memberi efek apapun. Adapula robot Mister Handy yang menolong menyambung jari Lucy hanya untuk membedahnya lagi demi menjual organ tubuhnya. Lalu, ada pembawa acara radio yang sibuk menyelaskan keindahan musik dari suara biola sember yang ia setel. Kemudian ada overseer Vault 31 yang berusaha membius Norm tapi gagal terus.
Sama seperti di dalam game-nya, humor-humor yang ajaib ini memberi nuansa sendiri yang melengkapi kenyataan pahit di Wasteland.
Serial Fallout Menjadi Adaptasi Game Yang Berhasil

Serial atau film adaptasi game sering membawa harapan para fans setinggi langit namun kemudian mengecewakan. Hanya sedikit yang bisa mengadaptasi game secara memuaskan fans. Misalnya The Last of Us, yang mampu menceritakan ulang kisah di dalam game secara elegan.
Namun, menurut saya serial Fallout lebih dari itu. Serial ini tidak saja mampu berkisah tentang dunia Fallout secara brilian, tapi juga mengembangkan dan melengkapi dunia itu dengan cerita yang menarik dan karakter yang memorable. Yang lebih penting lagi, serial ini juga berhasil menjadi sebuah tontonan menghibur.
Serial Fallout bisa kamu tonton di layanan streaming Amazon Prime Video, dengan 8 episode sudah tayang sekaligus.