Serial Avatar: The Last Airbender di Netflix Keren Abis!

Avatar: The Last Airbender merupakan salah satu serial terbaru di tahun 2024 yang banyak dinanti. Sebagai sebuah adaptasi dari seri animasi populer, tentu muncul pertanyaan penting, apakah serial Avatar yang tayang di Netflix ini bagus dan memuaskan?

Serial Avatar: The Last Airbender mulai tayang di Netflix pada tanggal 22 Februari 2024. Musim pertama serial ini langsung tayang dengan 8 episode sekaligus dengan durasi beragam, antara 47 – 63 menit. Dengan durasi seperti itu, seharusnya kita bisa mendapat kepuasan mengikuti petualangan Aang, Katara, dan Sokka tersebut.

Sedikit disclaimer, terus terang saya bukan fans Avatar yang dulu mengikuti seri animasinya (hanya menonton beberapa episode saja). Jadi mungkin ada yang berpendapat saya bukan orang yang tepat untuk membahasnya. Di sisi lain, mungkin opini saya bisa jadi gambaran opini yang lebih obyektif soal versi live action serial Avatar di Netflix.

karakter aang di serial avatar the last airbender di netflix

Serial Avatar di Netflix Cukup Memuaskan

Sebagai sebuah adaptasi dari seri animasi populer, serial ini jelas menghadapi tantangan besar. Terutama dari ekspektasi para penggemarnya. Sesuatu yang menghantui berbagai versi live action anime dan manga yang pernah muncul.

Di sisi lain, kita juga sudah melihat kesuksesan versi live action One Piece dan Yu Yu Hakusho di tahun 2023. Ini berarti ada harapan cerah, jika serial ini ditangani dengan baik. Yah, kalau melihat perbandingan adegan trailer dan seri animasinya sih cukup menarik.

Cerita Lebih Dramatis

Cerita serial ini merupakan sebuah interpretasi dramatis dari versi animasi yang sudah populer lebih dulu ke dalam bentuk versi live action, dengan pemeran manusia. Dengan begitu, ada beberapa poin lebih yang bisa digali, seperti juga ada kekurangannya.

gambar serial avatar the last airbender live action di netflix

Mengingat perjalanan Aang, Katara, dan Sokka berjalan cukup panjang, dan mengingat kalau produksi serial live action ini akan berhubungan dengan usia para pemeran, tidak mengherankan kalau sekiranya ada beberapa bagian dari cerita aslinya dipangkas.

Terus terang, sebagai orang yang tidak mengikuti seri aslinya, saya bisa mengikuti jalan ceritanya dengan baik. Tapi di sisi lain, saya juga bisa merasakan kalau ada beberapa hal yang ditawarkan secara berbeda dari serial ini.

Berdasarkan apa yang pernah saya lihat dulu, saya merasa kalau serial versi live action ini mengurangi porsi kekonyolan dari versi animasinya dengan nuansa yang lebih serius dan penggalian cerita yang lebih dalam.

Misalnya bagaimana Aang kehilangan Gyatso dan teman-temannya, bagaimana Aang menghadapi tuduhan ia menghilang saat Negara Api menyerang (padahal hal itu tidak segaja), atau bagaimana Aang menghadapi masalahnya sebagai Avatar setelah berdiskusi dengan pendahulunya.

paman iroh dan zuko di serial avatar netflix

Begitu juga dengan apa yang dihadapi oleh karakter lain. Seperti Katara yang menghadapi tantangan sebagai waterbender, Sokka yang berusaha memberi makna dirinya, juga Pangeran Zuko dan Putri Azula yang berusaha membuktikan dirinya.

Lalu, serial Avatar: The Last Airbender di Netflix ini juga menghadirkan nuansa yang cukup gelap. Serangan Negara Api tampak lebih brutal di versi live action. Begitu juga berbagai intrik dan kecurigaan yang mewarnai konflik antara negara dan tokoh-tokohnya.

Perkembangan karakter dan nuansa yang lebih gelap ini menjadi kontras yang menarik, jika kita melihat sosok Aang sebagai Avatar yang menjaga kestabilan dunia, dan secara spesifik dalam perannya itu, bersikap anti perang.

Pemerannya Cocok

Kiawentiio sebagai katara di serial avatar the las airbender di netflix

Seperti adaptasi lain, para pemeran dan bagaimana mereka membawakan karakter itu jelas menjadi sorotan tersendiri. Untungnya, para pemeran di serial Avatar: The Last Airbender di Netflix sejauh ini tampak cocok dan bisa memainkan perannya dengan baik.

Cukup luar biasa melihat bagaimana Gordon Cormier, yang berusia 12 tahun, menjadi Aang, sekligus ujung tombak serial ini. Ia berhasil menunjukkan sisi naif Aang dan konflik batinnya dalam menghadapi tugasnya sebagai Avatar.

Ia, bersama Kiawentiio dan Ian Ousley yang memerankan Katara dan Sokka, juga berhasil membangun chemistry yang kuat, memperlihatkan perkembangan mereka sebagai sahabat. Kiawentiio dan Ian Ousley sendiri mampu menunjukkan karakter masing-masing dengan baik.

Begitu juga dengan Dallas Liu sebagai Pangeran Zuko yang ingin membuktikan dirinya dan Paul Sun-Hyung Lee sebagai Paman Iroh, yang humoris namun menyimpan luka. Semua mampu tampil dengan menarik sesuai peran mereka masing-masing.

Elizabeth Yu sebagai Putri Azula di serial avatar

Di sisi lain, menurut saya, pemeran yang cukup mencuri perhatian di serial Avatar ini. Salah satunya adalah Elizabeth Yu yang memerankan Putri Azula. Ia bisa menunjukkan emosi dan ambisinya dengan sangat baik. Aktor lain yang menarik adalah Ken Leung yang menjadi Komandan Zhao. Ia berhasil menghadirkan sosok yang ambisius dan penuh intrik.

Secara umum, pemilihan aktor di serial ini cukup memuaskan. Selain terlihat cocok, mereka juga terbukti bisa memainkan peran mereka dengan bagus.

Tampilan Visualnya Cukup Bagus

Satu lagi tantangan besar adaptasi live action adalah bagaimana mereka menyajikan tampilan visual yang setara dengan imajinasi di seri aslinya. Tidak jarang, tampilan visual versi live action kemudian tampak tidak meyakinkan dan ujung-ujungnya terlihat murahan.

Yah, serial One Piece lagi-lagi cukup berhasil memenuhi harapan fans-nya. Begitu juga film Rurouni Kenshin. Sementara Yu Yu Hakusho atau film Kingdom boleh dibilang cukupan.

aang dan gyatso

Secara umum, tampilan visual serial Avatar: The Last Airbender juga memuaskan. Mulai dari kostum sampai berbagai elemen artistik dan setting lokasi, terlihat indah. Ya, detil kostum, arsitektur bangunan, bahkan sampai makanannya patut mendapat pujian.

Tampilan visual ini benar-benar mampu mengajak kita larut dalam petualangan di sebuah dunia fantasi yang menakjubkan. Lihat saja Kuil Udara Selatan, Omashu, dan Benteng Suku Air Utara. Mengambil inspirasi dari arsitektur dan budaya Asia, semua tempat itu tampil megah.

Di sisi lain, efek visual yang ada di serial Avatar di Netflix ini kadang masih terlihat kaku dan kurang realistis. Terutama dalam pertarungan yang melibatkan waterbending dan earthbending. Ketika pertarungan itu muncul, kekuatan itu masih cukup terlihat sebagai efek visual, kurang tampak nyata.

Tapi sekali lagi, secara umum tampilan Avatar: The Last Airbender cukup jauh dari mengecewakan.

Asik Ditonton

Yah, menurut saya, Netflix sekali lagi berhasil mewujudkan adaptasi seri animasi menjadi versi live action. Serial Avatar: The Last Airbender asik ditonton bahkan oleh orang yang sebelumnya tidak mengikuti serial animasinya. Ceritanya berjalan cukup baik, karakternya cocok, dan tampilan visualnya memukau. Hm, apalagi yang bisa kita minta?

Tapi mungkin fans berat Avatar versi animasi punya opini yang berbeda. Mungkin mereka bisa menemukan bagian-bagian penting atau menarik yang hilang. Bahkan mungkin bisa menunjukkan ketidakcocokan di serial live action ini.

Yah, kalau kamu salah satunya, silakan beritahu lewat komentar. Karena bisa saja opinimu berbeda dengan ulasan yang saya tulis ini dan bisa membantu penonton baru lain mengikuti serial Avatar di Netflix.

Penulis

Kalau menurutmu bagaimana?