Jujur, pada awalnya saya kurang berminat menonton serial Shogun yang tayang di Disney+. Pertama, karena saya sudah pernah melihat mini seri versi lama yang berjudul sama. Kedua, saya lebih suka cerita novel Taiko dan Musashi karya Eiji Yoshikawa. Lalu, yang ketiga saya masih asik mengikuti serial Masters of the Air di Apple TV+.
Serial Shogun merupakan sebuah mini seri yang dibuat berdasarkan novel berjudul sama karangan James Clavell di tahun 1975. Serial ini tayang di Indonesia melalui layanan streaming Disney+ pada tanggal 27 Februari 2024. Dimulai dengan dua episode awal, serial ini memiliki total 10 episode yang kemudian tayang setiap minggu.
Ada beberapa aktor menarik yang membintangi Shogun. Beberapa di antaranya adalah aktor kawakan Hiroyuki Sanada yang berperan sebagai Yoshii Toranaga, Anna Sawai — yang sebelum ini kita lihat di Monarch: Legacy of Monsters — sebagai Toda Mariko, Tadanobu Asano sebagai Kashigi Yabushige, Takehiro Hira sebagai Ishido Kazunari, dan Cosmo Jarvis sebagai John Blackthorn sang tokoh utama.
Sebagai novel tentang dunia samurai berlatar salah satu era yang penting di Jepang, tentu saja Shogun sangat menarik. Apalagi ditulis oleh orang Barat, yang tentu saja punya sudut pandang yang berbeda jika dibanding novel penulis Jepang seperti Taiko dan Musashi.
Cerita Serial Shogun
Sinopsis resminya menyebutkan bahwa serial Shogun mengikuti kisah pertemuan dua pria ambisius dari dunia yang berbeda dan seorang perempuan dari keluarga samurai; John Blackthorn, seorang pelaut Inggris pemberani yang punya misi di Jepang, yang kulturnya kemudian membentuk jati dirinya; Toranaga, seorang daimyo berpengaruh, yang memperebutkan kekuasaan dengan rivalnya; dan Mariko, seorang perempuan cerdas dari keluarga samurai yang jatuh martabatnya, yang harus membuktikan dirinya.

Cerita dimulai dengan kapal yang dinahkodai John Blackthorn terancam karam dalam perjalanannya menuju Jepang. Sementara itu, di Jepang kondisi politik memanas setelah sang Taiko meninggal dunia dan para daimyo yang paling berkuasa, yang bertindak sebagai wali sang penerus, saling mengukur kekuatan. Yoshii Toranaga, salah satu daimyo kuat, disudutkan dan dikunci posisinya di Osaka.
Selamat sampai di Jepang, John terancam dieksekusi karena ia merupakan bagian dari misi Inggris untuk merebut posisi Portugal dan Spanyol yang saat itu berpengaruh di Jepang melalui para misionarisnya. Namun, Toranaga melihat kalau John bisa menjadi cara untuk membalikkan keadaan. Ia pun memerintahkan agar John dibawa ke Osaka.
Melalui Mariko yang bertindak sebagai penerjemah, Toranaga berusaha mencari tahu dari John bagaimana posisi politik Jepang sehubungan dengan posisi Portugal di negara itu. Dengan dua wali lain merupakan pendukung misionaris, ia melihat celah untuk memecah para wali yang menyudutkannya.
Di sisi lain, pihak Portugal melalui para misionarisnya dan daimyo lain merasa kehadiran John bisa membahayakan. Demikianlah John berada di tengah kecamuk politik dan memainkan peranan penting pada masa depan Jepang.
Berbeda Dari Versi Lama
Bagi kamu yang sempat mempelajari sejarah Jepang, terutama di akhir era Sengoku (tepatnya akhir periode Azuchi-Momoyama), atau membaca novel Taiko dan Mushashi, mungkin sudah mengenal beberapa tokoh yang digambarkan di serial Shogun ini.

Yoshii Toranaga tentu saja merupakan pencerminan dari Tokugawa Ieyasu, yang kemudian menjadi shogun dan mengawali era keshogunan Tokugawa atau jaman Edo. Ishido Kazunari adalah Ishida Mitsunari, daimyo yang setia pada klan Toyotomi Hideyoshi, sang Taiko. Konfrontasi mereka berujung pada Perang Sekigahara yang mengakhiri era Sengoku (dan menjadi awal cerita Musashi).
Bicara soal serial Shogun, terus terang saya sudah agak sedikit lupa detil di versi lama yang dirilis tahun 1980. Tapi seingat saya, versi itu kental dengan sudut pandang Barat soal Jepang. Tokoh John Blackthorn terlihat bagai seorang pahlawan dan penggambaran Jepang tidak terlalu akurat. Ini menjadi salah satu sebab saya jadi sempat agak kurang tertarik untuk melihat serial versi baru.
Memang, melalui riset kecil-kecilan, saya menemukan kalau serial Shogun versi lama tidak populer di Jepang. Terutama tentu saja karena penggambaran fiktif yang tidak akurat. Walau begitu, serial itu sangat populer di Amerika dan menciptakan ledakan budaya Jepang di Amerika (termasuk kepopuleran sushi).
Sejauh ini — saat artikel ini ditulis serial ini sampai di episode 4 — saya melihat kalau serial Shogun versi baru ini relatif seimbang. Tokoh John Blackthorn juga lebih bertindak sebagai bagian dari berbagai karakter yang memainkan peranan penting, tidak semata-mata jadi sosok pahlawan kulit putih. Lalu, penggambaran para daimyo, struktur politik, dan kultur Jepang secara umum juga lebih meyakinkan.

Yah, mungkin hal ini disebabkan karena Hiroyuki Sanada, yang menjadi Toranaga, juga berperan sebagai salah satu produser serial ini. Dalam sebuah wawancara ia menyebutkan kalau tim produksi melibatkan para pakar era samurai dari Jepang di setiap departemen produksinya.
Hal itu memang tercermin dari berbagai aspek di serial ini. Mulai dari kostum, tata lokasi, sampai berbagai adegannya. Sebagai sebuah tayangan sejarah, kualitas serial yang didukung oleh FX ini tidak kalah dari Masters of the Air yang diproduksi oleh Apple Studios. Yah, kita tahu Apple punya kantong yang tebal untuk melakukan produksi yang detil dan realistis.
Dari segi cerita, serial Shogun juga berhasil menyajikan alur yang memikat, dengan beberapa adegan yang cukup mencuri perhatian. Hm, misalnya salah satu pelaut anak buah John yang dieksekusi dengan kejam oleh Kashigi Yabushige.
Intrik politik yang ditampilkan di serial ini pun sangat menarik. Kita bisa melihat bagaimana para daimyo saling mengukur kekuatan mereka dan mencari celah masing-masing, bagaimana John juga berusaha memanfaatkan posisinya, begitu juga dengan para misionaris yang berusaha menjaga perngaruh mereka. Plot yang berlapis ini dimainkan dengan cantik.

Tentu, semua itu tidak akan berarti tanpa didukung para aktor yang memainkan peran mereka dengan baik. Hiroyuki Sanada tentu tidak perlu kita pertanyakan lagi. Anna Sawai juga berhasil memainkan sosok yang berbeda dari yang kita lihat di Monarch. Ini juga termasuk Moeka Hoshi yang berperan sebagai Usami Fuji.
Serial Samurai Yang Keren
Secara keseluruhan, serial Shogun di tahun 2024 ini berhasil menarik minat saya untuk mengikutinya. Sejauh ini, serial itu memang memuaskan. Paling tidak bagi saya yang memang suka dengan serial atau film samurai Jepang.
Jadi, kalau kamu belum sempat nonton Shogun di Disney+, saya bisa merekomendasikannya. Terutama kalau kamu suka tontonan berbau sejarah dan secara spesifik kalau kamu suka sejarah Jepang.
Lalu, kamu bakal menemukan kalau membandingkan sudut pandang dari cerita ini dengan cerita di novel Taiko yang di sejarah terjadi sebelumnya. Kalau belum — dan betah baca novel panjang — silakan baca novel itu.
Nah, semoga ulasan saya ini bisa membantu sebagai pertimbangan untuk menonton atau sebagai bahan obrolan. Anyway, selamat menonton. Kalau sudah, jangan lupa baca pembahasan episode final Shogun yang penuh simbol.