Film Argylle mulai tayang di bioskop Indonesia pada tanggal 31 Januari 2024. Film ini termasuk menjadi salah satu yang paling dinanti kehadirannya. Selain karena penuh bintang, premis film ini memang menggelitik.
Argylle merupakan sebuah film bertema spionase yang dibuat oleh Matthew Vaughn. Para pemerannya meliputi Henry Cavill, Bryce Dallas Howard, Sam Rockwell, Bryan Cranston, Catherine O’Hara, Dua Lipa, Ariana DeBose, John Cena, dan Samuel L. Jackson.
Ramainya para pemeran itu juga ditambah dengan hebohnya rumor soal penulis Argylle yang konon aslinya adalah Taylor Swift. Yah, ternyata memang bukan.
Cerita Film Argylle
Argylle mengikuti kisah Elly Conway, seorang penulis novel kisah mata-mata, yang terjerumus ke dunia spionase sungguhan karena plot cerita di bukunya terlalu mirip dengan aktivitas sebuah organisasi rahasia yang berbahaya.

Film berawal dengan aksi agen rahasia bernama Argylle yang sedang memburu peluru perak berisi data rahasia. Namun aksinya itu ternyata adalah bacaan Elly Conway dari buku karangan di sebuah acara meet and greet.
Beberapa waktu berselang, Elly sedang menyelesaikan buku ke-6 seri untuk seri spionasenya itu. Tapi ibunya berpendapat kalau akhir ceritanya masih kurang bagus. Elly kemudian berniat mengunjungi ibunya untuk mendapat ide segar.
Dalam perjalanan di kereta, Elly bertemu dengan orang asing bernama Aidan yang mengaku seorang agen rahasia. Tentu saja ia tidak percaya. Betapa terkejutnya Elly ketika ia kemudian diserang oleh penumpang kereta lain, dan Aidan berusaha menyelamatkannya.

Setelah situasi cukup aman, Aidan menjelaskan kalau cerita yang ditulis Elly benar-benar mirip dengan konflik yang sedang berlangsung di dunia spionase. Peluru perak di akhir buku karangan Elly memang ada dan sedang dicari. Oleh karena itulah, Elly yang dianggap bisa memprediksi arah konflik kemudian diburu.
Namun konflik itu bertambah rumit ketika Aidan pun tampak menyembunyikan sesuatu. Elly pun tidak tahu lagi siapa yang bisa ia percaya. Apalagi kemudian ia diberitahu kalau sosok Argylle itu benar-benar ada, meski tidak seperti yang ia bayangkan.
Plot Twist dan Eye Candy
Menonton film Argylle memang bagai naik roller coaster. Cerita karangan Elly yang menyerupai kejadian di dunia spionase sesungguhnya bukanlah twist satu-satunya. Kisah di film ini berlari dan berputar dan berputar lagi. Ketika kita sudah merasa kalau cerita sudah berjalan sesungguhnya, situasi kembali dipelintir dan kita menghadapi kejutan lain.

Plot twist itu hadir bukan seperti film-film thriller psikologis yang kadang bikin pening atau bikin suasana tidak nyaman. Bukan pula dari sisi yang membuat kita menggenggam erat sandaran tangan kursi. Tapi memang ceritanya yang terus dipelintir.
Untuk sebuah film bertema spionase dengan berbagai twist, Argylle cukup ringan. Terutama dari sisi suspense. Mungkin agak terlalu ringan, apalagi kalau melihat titik pangkal konflik di dalam film ini, yang cuma data identitas orang di balik organisasi berbahaya itu.
Yang jadi benang merah di seluruh cerita film Argylle memang sosok Elly Conway, yang berada di dua dunia, antara fiksi dan realita. Bryce Dallas Howard mampu mengantarkan peran itu dengan cukup baik, termasuk chemistry-nya dengan Sam Rockwell sebagai Aidan, meskipun untuk beberapa adegan laga tampak kurang meyakinkan.
Lalu, maaf, walau nama aktor pertama yang muncul adalah Henry Cavill, Argylle bukanlah film Henry Cavill sepenuhnya. Ia, sebagai agen Argylle, mendapat porsi yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu vital. Begitu juga dengan beberapa karakter lain yang hanya muncul sebentar saja. Hal ini membuat nama-nama aktor terkenal di dalamnya terasa hanya sebatas gimmick semata.

Film Argylle juga memanfaatkan proses editing untuk menampilkan sudut pandang Elly antara kejadian yang ia alami (Aidan yang bertarung) dan fiksi yang ada di benaknya (agen Argylle yang bertarung). Peralihan itu boleh dibilang cukup cerdik.
Matthew Vaughn juga membawa kembali adegan dan koreografi dengan efek visual warna-warni seperti yang terlihat di film Kingsman: The Secret Service (2014). Sesuatu yang terlihat tidak realistis dan berlebihan, namun sangat stylish dan keren. Yah, eye candy-lah.
Tapi sayangnya, koreografi dan efek visual yang wow itu juga kadang membuat adegan aksi yang ada terlihat hampa, tanpa bobot fisik yang nyata. Jadi saat pertarungan memuncak, terasa ada yang hilang di sana.
Butuh Cerita Yang Lebih Kuat

Kalau harus memberikan kesan setelah menonton film Argylle dalam satu kata, kata itu adalah fun. Semua elemen yang disajikan oleh Matthew Vaughn berujung pada satu kata itu. Kalau ditanya apa yang bisa diharap dari film ini, maka jawabannya adalah film stylish seperti yang terlihat di seri Kingsman, tapi sedikit diturunkan levelnya.
Omong-omong soal Kingsman, ada post credit scene di film Argylle yang menunjukkan seorang pria masuk ke pub dengan tulisan The King’s Man dan memperkenalkan dirinya sebagai Aubrey Argylle. Seperti yang sudah disebut Matthew Vaughn, ia berniat membangun sebuah universe bertema spionase dengan basis Kingsman dan Argylle.
Kalau ia memang berniat seperti itu, ia butuh sesuatu yang lebih kuat dari sisi cerita yang bisa mengikat semuanya. Konflik yang terlalu ringan dan eye candy semata bisa membuat penonton bosan dengan pola yang itu-itu saja. Lebih buruk lagi, kehilangan kepercayaan pada film-film itu (halo Marvel!).
Kembali ke Argylle, ya… secara umum film ini masih menyenangkan untuk dilihat. Plot twist-nya menarik dan tampilan visualnya stylish. Sayang, suspense dan action-nya kurang meyakinkan.
Film Argylle tayang di bioskop sebelum nantinya meluncur ke layanan streaming Apple TV+. Kalau kamu kurang berminat nonton di bioskop dan masih mau bersabar, tunggu saja kehadirannya di layanan streaming itu.