Tom si kucing dan Jerry si tikus adalah dua karakter kartun yang ikonik dan dicintai oleh semua orang di dunia. Permusuhan abadi mereka telah dimulai sejak tahun 1940-an dan terus menemani kita bahkan sampai hari ini. Warner Bros secara ambisius menggarap film Tom and Jerry di bawah komando Tim Story. Sialnya, review kritikus dan penonton pada film Tom and Jerry teramat buruk.
Komentar buruk beserta kritik pedas memang layak dilayangkan untuk film yang ditulis oleh Kevin Costello ini. Alih-alih membawa nuansa nostalgia dan penyegaran untuk Tom dan Jerry, film ini justru menghancurkan reputasi tokoh kartun kesayangan kita. Warner Bros, Tim Story dan Kevin Costello telah membuat kesalahan bahkan saat mereka memiliki keinginan untuk membuat film ini.
Plot dan Cerita yang Lemah

Seperti kita tahu, Tom and Jerry adalah kartun komedi yang legendaris. Sebuah animasi bisu yang punya kekuatan dari komedi slapstick yang khas. Mengadaptasi kartun bisu ini ke dalam film layar lebar tentu bukan hal yang mudah. Dalam kasus ini, Tim Story dan Kevin Costello membutuhkan cerita untuk jadi arena kejar-kejaran si kucing dan si tikus.
Film ini memiliki plot dan cerita yang terlampau sederhana bahkan lemah. Film dimulai dengan Tom yang dendam pada Jerry karena merusak pianonya. Jerry yang sedang mencari rumah akhirnya masuk ke sebuah hotel mewah dan tinggal di sana. Di sisi lain, karakter Kayla (Chloe Grace Morez) sedang kebingungan setelah dipecat dan mencari pekerjaan di hotel yang kebetulan sedang disibukan prosesi pernikahan dua pasangan terkenal di kota New York, Ben (Collin Jost) dan Preeta (Pallavi Sharda). Kayla akhirnya melamar dan diterima bekerja di bawah kekuasan Terrence (Michael Pena).
Singkat cerita, pernikahan dua selebritas tersebut terancam gagal oleh kehadiran Jerry. Bagaimanapun, nggak boleh ada tikus di hotel mewah. Terrence akhirnya memerintahkan Kayla untuk menangkap Jerry. Karena kesulitan, Kayla akhirnya merekrut Tom untuk membantunya menyingkirkan Jerry. Dari sini terjadilah aksi kejar-kejaran dan beragam drama pernikahan yang kacau balau karena ulah dua tokoh utama ini.
Jelek Dari Segala Sisi

Dari segi plot kita bisa menyimpulkan film Tom and Jerry ini nggak menarik dan spesial sama sekali. Hal ini diperburuk dengan kekurangan dari berbagai lini. Entah kenapa saya merasa kalau film ini hanya mencoba merusak kenangan masa kecil kita pada Tom and Jerry sekaligus merusak mood penonton.
Penonton dipaksa untuk melihat kelemahan cerita dan plot dengan menyaksikan drama pernikahan dua artis di New York. Padahal penonton cuman ingin melihat aksi kejar-kejaran Tom dan Jerry. Sayangnya saya merasa kalau Tom dan Jerry hanya dijadikan pemanis saja dan bukan konten utama dalam film ini. Tim Story justru menyajikan porsi yang berlebihan pada ceritanya yang jelek setengah mampus dan mengabaikan aksi-aksi khas Tom dan Jerry.
Akting para aktor di film ini juga sangat kaku. Interaksi Chloe dengan Tom dan Jerry begitu canggung dan nggak natural. Michael Pena yang biasanya maksimal nggak terlalu lucu dan kurang bengis menjadi seorang antagonis pada film kartun. Hal ini jadi pertanyaan, apakah para aktor nggak terbiasa akting sendirian, atau pengarahan Tim Story yang buruk? Selain akting-aktingnya yang kaku, formula komedi yang digunakan film ini teramat tipis bahkan hampir nggak bisa ditemukan
Bayangkan saja film ini bahkan nggak membuat satu jokes saja dalam dialog maupun tingkah para aktor. Padahal, Tim Story punya banyak karakter yang bisa dieksplorasi untuk menambah gelegar tawa penonton. Misalnya memaksimalkan Michael Pena dan Ken Jeong yang berperan sebagai koki pemarah atau Patsy Ferran yang berperan sebagai Joy, seorang pegawai hotel yang mirip psikopat. Sayang seribu sayang, Tim Story malah asyik memikirkan pernikahan dan pesan moral yang sebenarnya nggak penting dan bagus-bagus amat. Singkatnya, film ini sangat mengecewakan sampai-sampai saya nggak ingin ada lagi film Tom and Jerry versi live-action kalau memang hasilnya seburuk ini.
Sedikit Nostalgia

Meski jelek, film ini cukup memberikan sedikit nostalgia dengan sentuhan visual yang maksimal. Tom and Jerry nggak hanya mengandalkan CGI biasa saja, tapi menyesuaikan dengan gaya animasi khas Tom and Jerry. Fakta bahwa dunia yang ditempati Jerry menerima logika kartun juga jadi konsep yang layak dipuji. Penonton sedikit terhibur melihat kejar-kejaran, pukul-pukulan benda tumpul dan beragam komedi slapstick lain yang disuguhkan, meski durasinya sangat tipis. Audio-audio khas Tom and Jerry juga muncul dari mulai teriakan Tom sampai suara pukulan-pukulan bendanya.
Film Tom and Jerry ini juga menghadirkan beberapa karakter lain seperti Spike, Butch, Beauty Cat, The Alley Cat Gang sampai cameo Droppy, anjing pintar yang muncul di Tom and Jerry Kids. Ya hanya nostalgia ini saja yang jadi nilai baik. Meski nggak bisa menutupi betapa buruknya film Tom and Jerry garapan Tim Story ini.
Nah itu dia review film Tom and Jerry versi Popculture.id. Jadi apakah film Tom and Jerry layak ditonton? Kami menyarakan pada kalian untuk tidak menonton. Jujur saja, film ini tidak menghibur sama sekali.