Supacell merupakan sebuah serial superhero buatan Inggris, yang bercerita tentang sekelompok orang kulit hitam yang menemukan kalau mereka memiliki kekuatan super dan memiliki takdir yang berhubungan satu sama lain.
Dirilis di Netflix pada tanggal 27 Juni 2024, serial Supacell berusaha menawarkan keunikannya pada tema superhero. Yah, seperti kita ketahui, tema superhero dalam beberapa tahun terakhir ini memang membanjir, baik di layar lebar maupun di layar kaca. Diakui atau tidak, dari sisi tren sebenarnya tema ini sudah mulai menurun alias jenuh.
Apalagi, sebagai penonton dari Indonesia, sebagian besar pemeran yang ada di serial ini mungkin tidak kita kenal. Mungkin hanya Eddie Marsan yang pernah kita lihat sebagai pemeran pendukung di beberapa film Hollywood, seperti di V for Vendetta (2006), Mission: Impossible III (2006), Sherlock Holmes (2009), dan Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011).
Para pemeran lain, seperti Tosin Cole, Adelayo Adedayo, Nadine Mills, Eric Kofi-Abrefa, Calvin Demba, dan Josh Tedeku merupakan nama-nama yang asing di telinga kita.
Tapi hal ini sebenarnya cukup bagus. Karena dengan begitu, kita bisa menilai serial Supacell ini murni berdasarkan ceritanya, tanpa hype dari pemeran atau dari berbagai hal lain. Ya kan?
Cerita Supacell
Di Inggris, beberapa orang kulit hitam menjalani kehidupan normal dan menghadapi masalah keseharian mereka masing-masing.

Michael Lasaki (Tosin Cole), yang bekerja sebagai kurir dan berencana melamar pacarnya, Dionne Ofori (Adelayo Adedayo); Sabrina Clarke (Nadine Mills), seorang perawat yang hidup bersama adiknya; Andre Simpson (Eric Kofi-Abrefa), mantan narapidana yang kesulitan mencari pekerjaan untuk menghidupi anaknya; Rodney (Calvin Demba), pemuda yang mencari uang dari menjual marijuana; dan Tayo “Tazer” Amusan (Josh Tedeku), pimpinan gangster lokal yang ingin menyaingi kelompok kakaknya, Krazy (Ghetts).
Pada suatu waktu, kekuatan super di tubuh mereka bangkit. Michael bisa melakukan teleportasi melintas ruang dan waktu, juga bisa menghentikan waktu; Sabrina punya kekuatan telekinesis; Andre punya kekuatan fisik; Rodney bisa bergerak cepat; dan Tazer bisa menghilang atau tidak terlihat.
Michael yang tidak sengaja pergi ke masa depan, menemui dirinya dan orang-orang itu sedang bertarung melawan kelompok lain yang misterius. Michael dari masa depan kemudian memberitahu bahwa pacarnya Dionne akan tewas dan Michael harus mengumpulkan orang-orang dari kelompok mereka untuk mencegahnya.
Takut dengan kejadian yang akan menimpa pacarnya itu, Michael pun berusaha mencari orang-orang yang punya kekuatan super dari kelompoknya di masa depan itu. Ketika ia berhasil menemukan beberapa di antaranya, seperti Rodney dan Tazer, mereka tidak mempedulikannya karena sedang menghadapi masalah mereka sendiri.

Di sisi lain, Dionne yang curiga pada tingkah Michael melakukan penyelidikannya sendiri, yang mengkonfirmasi kalau ada banyak orang kulit hitam yang memiliki kekuatan diculik oleh sebuah kelompok misterius.
Masalah yang mereka hadapi pun bersinggungan. Walau awalnya tidak cocok satu sama lain, mereka terpaksa bekerja sama untuk memecahkan masalah itu.
Review
Bisa dilihat dari cuplikan cerita di atas, Supacell mengambil sudut pandang tokoh-tokoh superhero yang lahir sebagai orang biasa di kehidupan normal. Sumber kekuatan itu lahir dari kondisi genetis berdasar riwayat penderita anemia sel sabit (sickle cell disease) yang kebanyakan berasal dari keturunan Afrika.
Sudut pandang berlatar genetis dan ras ini (tanpa bermaksud rasis), bagi saya merupakan sebuah keunikan dan kekuatan sendiri bagi serial ini. Sudut pandang itu memberi dasar yang bisa digali lebih dalam dan bisa membuat logika cerita lebih solid.

Yah, walau berbeda, serial Supacell mungkin akan mengingatkan kita pada serial lain, seperti Heroes, The Boys, Gen V, atau Moving. Kalau di film superhero, mungkin mendekati Unbreakable (2000) atau Jumper (2008). Ada unsur genetis, menemukan orang-orang senasib, atau melawan sebuah organisasi/perusahaan yang mengejar mereka.
Walau begitu, kalau kamu berharap akan menemukan tontonan yang langsung menggigit, langsung penuh aksi, atau penuh kejutan, mungkin kamu harus menurunkan harapanmu sedikit lebih rendah.
Sebagai sebuah serial superhero, Supacell menceritakan perkembangan kisahnya dengan relatif lambat. Ritme ceritanya sendiri tidak lambat. Tapi perkembangan karakter dan konfliknya yang berjalan cukup pelan.
Serial ini lebih banyak menyorot masalah pribadi masing-masing tokoh dalam menjalani kehidupannya yang kemudian berjalan beriringan dengan kesadaran bahwa mereka memiliki kekuatan super.
Kalau kita bicara soal struktur tiga babak yang sering dipakai di dalam film, bisa dikatakan kalau 70% cerita keseluruhan Supacell mengajak kita mengenali karakter-karakter yang ada. Lalu sisanya menyajikan konflik sebenarnya, para karakter yang akhirnya bertemu dan menghadapi musuh yang sama.

Di samping itu, saya juga merasa ada beberapa bagian cerita yang terasa diulur-ulur atau sengaja dibuat demi kepentingan plot berikutnya. Sesuatu yang rasanya jadi kurang terasa wajar atau tidak terasa logis sehubungan dengan tindakan dari tokoh-tokohnya.
Kemudian, salah satu pertanyaan besar yang ada di dalam serial Supacell ini juga tidak terjawab dengan baik. Bagaimana mereka bisa mendapatkan kekuatannya? Siapa organisasi yang mengawasi dan menculik orang-orang berkekuatan super itu? Apa tujuannya?
Satu lagi. Beberapa twist dan pengungkapan di serial ini juga terasa tidak efisien. Yah, saya yakin kamu sudah bisa menduganya di tengah-tengah cerita. Apalagi kalau kamu sudah menonton beberapa serial superhero yang disebutkan di atas.
Dengan cara bercerita dan struktur plot seperti itu, kelihatannya tim produksi serial ini berharap dan berniat menceritakannya lebih jauh di season berikutnya. Masalahnya, kalau Netlix menghentikan serial ini, maka kita tidak akan mendapat gambaran seutuhnya. Bukan apa-apa, sudah cukup banyak serial Netflix seru yang dihentikan.
Walau begitu, kalau kita mengesampingkan masalah porsi cerita di atas, secara keseluruhan serial Supacell tidak buruk. Drama dari masing-masing tokoh disajikan dengan menarik. Karakteristik masing-masing tokoh juga kuat (Rodney yang agak lemah). Adegan aksi dan tampilan kekuatan super yang ada juga lumayan keren.

Secara pribadi, saya suka dengan kelokalan serial ini, yang terlihat dari logat atau dialek bahasa Inggris yang diucapkan para tokohnya. Dialog dalam logat lokal memang selalu menarik. Itu juga kenapa beberapa film dan serial Indonesia yang menghadirkan logat daerah pasti menarik.
Kesimpulan
Jadi bagaimana? Kalau menurut saya, serial Supacell ini menarik. Cukup unik meskipun tidak bisa dikatakan istimewa. Lumayan asik untuk ditonton maraton dan membuatmu klik tombol ‘Episode Berikutnya’ terus menerus. Yah, saya nonton semua episode serial ini sekaligus dalam satu kali duduk.
Sekali lagi, masalah terbesar saya ada pada keberlangsungan serial ini. Seperti sudah disebut di atas, ada beberapa hal krusial yang belum ditunjukkan. Lalu, sampai review ini ditulis, Netflix belum memberi lampu hijau, meskipun Rapman sebagai kreator sudah memiliki rencana untuk kelanjutannya.1
Kalau kamu belum nonton serial ini dan memang suka dengan cerita bertema superhero, serial Supacell di Netflix ini layak kamu coba. Walau tidak mengkilat, serial ini memuaskan sebagai hiburan di waktu senggang.
- Sumber: Radio Times ↩︎