The Outfit merupakan film drama thriller kriminal dari tahun 2022. Film ini bukanlah salah satu film blockbuster dan — setahu saya — juga kurang sukses di box office. Di sisi lain, film ini mendapat tanggapan bagus, baik dari kritikus maupun penonton pada umumnya. Yah, paling tidak tercermin dari rating-nya yang cukup tinggi. Hm, unik kan?
Saat review film ini saya tulis, The Outfit sedang tayang di Netflix. Setelah melihatnya, saya cukup paham kenapa film ini gagal di box office. Selain itu, saya pikir film ini juga lebih cocok diputar di layanan streaming.
Jadi, ijinkan saya ikut urun pendapat soal film ini.
Sekilas Info
Sebelum membahas film ini lebih jauh, perlu saya sebut kalau orang-orang di balik film ini cukup menarik.

Penulis naskah dan sutradaranya, Graham Moore, sejauh ini hanya memiliki filmografi sepanjang dua film saja. Yang pertama adalah The Imitation Game (2014), yang mendapat delapan nominasi Oscar dan lima nominasi Golden Globe, dan film The Outfit ini.
Film ini juga tidak dibintangi aktor papan atas. Ada Mark Rylance yang menjadi tokoh utama, yang mungkin kamu kenali perannya sebagai James Halliday / Anorak di Ready Player One (2018). Lalu pada peran pendukung ada Zoey Deutch, Johnny Flynn, Dylan O’Brien, Nikki Amuka-Bird, dan Simon Russell Beale.
Jadi, yah… unik. Bisa dipahami kenapa film ini tidak sukses di box office. Salah satunya ya karena memang para pemerannya bukan aktor yang benar-benar populer. Toh film The Outfit tetap mendapat tanggapan baik.
Sinopsis The Outfit
Berlatar tahun 1956 di Chcago, The Outfit bercerita tentang Leonard Burling, seorang “cutter” (istilah Inggris untuk orang yang membuat dan mengubah baju, biasanya setelan jas) yang menjalankan bisnis tailor dan memiliki pelanggan kelompok mafia. Ia kemudian terlibat di dalam konflik yang menyangkut masalah informan dan pengkhianatan.

Leonard Burling menjalankan bisnis penjahitnya bersama sekretarisnya, Mable Shaun, di wilayah kekuasan kelompok mafia Irlandia yang dipimpin oleh Roy Boyle. Sebagai tempat yang tidak menonjol, toko jahit Leonard menjadi tempat anggota mafia itu menyetor uang, untuk nantinya dikumpulkan oleh Ritchie, anak Roy Boyle, dan Francis, orang yang dibesarkan oleh sang bos mafia.
Di sana mereka juga menerima surat dari The Outfit, organisasi kriminal buatan Al Capone, yang mengarahkan operasi mereka.
Suatu malam Ritchie dan Francis datang ke toko jahit Leonard. Mereka bersembunyi dari kejaran polisi dan dari kelompok mafia La Fontaine, setelah berkonflik dengan mereka. Ritchie tertembak di perutnya. Mereka membawa sebuah koper berisi kaset rekaman informasi operasi mereka yang dibocorkan oleh seorang pengkhianat.
Leonard kemudian membantu Francis menjahit luka tembak Ritchie. Ritchie berhasil diselamatkan dan Francis ingin segera mencari pemutar kaset supaya ia tahu siapa si pengkhianat. Namun, Ritchie kemudian menuduh Francis sebagai sosok pengkhianat tersebut.
Perdebatan itu memuncak dengan mereka berdua saling menodongkan pistol dan Francis membunuh Ritchie. Ketegangan bertambah ketika sang bos, Roy Boyle, datang.
Setting dan Plot Menarik
Sebagai film bertema gangster yang bergenre drama thriller, The Outfit menawarkan setting dan plot yang unik dan menarik. Film ini hanya memiliki satu lokasi, yaitu di dalam toko jahit Leonard Burling.

Film ini juga tidak menghadirkan banyak adegan aksi, kecuali beberapa adegan tembak menembak di antara beberapa tokohnya. Jadi film ini memang bersandar pada percakapan dan konflik kepercayaan antara tokoh-tokoh di dalamnya.
Lingkup yang sempit dan komflik yang spesifik menjadi tantangan tersendiri film ini. Walau begitu, Graham Moore sebagai penulis dan sutradaranya, berhasil melakukan navigasi dengan cukup cantik.
Secara perlahan konflik memuncak dengan tiap tokoh datang dan pergi bergantian, membawa lapisan baru di dalam masalah yang ada. Pada satu titik, sumber konflik kelihatannya sudah cukup jelas. Namun kemudian berkembang ke arah lain seiring jalannya cerita, membuat kita menjadi merasa tidak pasti.
Lihat saja ketika Ritchie pulih dari luka tembakan dan Francis sedang pergi. Leonard menanamkan kecurigaan pada Ritchie soal Francis sebagai pengkhianat, yang memicu konflik di film ini. Tapi kemudian belakangan, Leonard mengungkap bahwa Mable-lah yang menjadi informan.
Pada titik itu, mungkin kita sudah yakin kalau Leonard merupakan dalang di balik konflik yang terjadi. Walau begitu, Mable kemudian mengakui kalau ia adalah informan yang membocorkan operasi kelompok Boyle ke La Fontaine.
Walau mungkin tidak dibintangi oleh aktor yang benar-benar populer, namun para pemerannya memang pas bermain sebagai tokoh mereka. Terutama Mark Rylance.
Penampilan Mark Rylance sebagai Leonard Burling yang terlihat canggung mungkin sedikit mengingatkan kita pada perannya sebagai James Halliday di Ready Player One. Tapi kecanggungan itu memang pas di sini. Cocok dengan sosok penjahit Inggris yang disiplin, fokus, tapi berada di bawah kuasa mafia.

Di sisi lain, ada sedikit detil yang masih menyisakan ganjalan. Yah, detil ini mungkin tidak memberi efek langsung yang merubah kondisi film The Outfit. Tapi tetap sedikit mengganggu.
Salah satunya datang dari beberapa shot yang menunjukkan darah menetes dari lemari tempat Leonard dan Francis menyembunyikan mayat Ritchie. Namun, shot tersebut tidak memberikan fungsi pada plot, kecuali menambah sedikit ketegangan.
Kemudian, walau kita melihat beberapa amplop yang berisi pesan dari The Outfit dan amplop itu memberikan poin penting, kita tidak tahu bagaimana itu mempengaruhi operasi geng Boyle beserta konfliknya dengan La Fontaine.
Lalu, ini mungkin sedikit spoiler, sampai akhir film kita juga tidak tahu apa motif dari Leonard Burling sebenarnya. Yah, kita bisa menduga dari beberapa kilasan ingatan Leonard dari masa lalunya di Inggris. Tapi itu tidak menjelaskan hubungannya dengan konflik yang ada.
Drama Kriminal Yang Asik
That being said, film The Outfit berhasil menyajikan sebuah drama kriminal dengan setting di satu lokasi dengan menarik. Plotnya yang berlapis mampu membuat kita penasaran. Sinematografi dan dialognya yang bagus, begitu juga dengan akting para pemerannya, juga meyakinkan.

Walau memang ada beberapa hal yang mengganjal, tapi itu tidak mengganggu plot secara keseluruhan. Mungkin Graham Moore memang menyisakan sedikit ruang tempat kita berasumsi dan berdialog.
Yah, mungkin film The Outfit ini memang tidak populer. Dari segi ini, film ini mungkin bisa dikelompokkan bersama film Nobody
Mungkin film ini kurang cocok untuk kamu yang mencari film aksi yang sisi menegangkannya datang dari adegan dar-der-dor. Tapi kalau kamu suka drama kriminal, film ini bisa saya rekomendasikan.