To Catch A Killer merupakan sebuah film thriller kriminal yang dirilis tahun 2023 dan dibintangi oleh Shailene Woodley, Ben Mendelsohn, Jovan Adepo, dan Ralph Ineson. Film ini bercerita tentang pemburuan terhadap penembak misterius yang menewaskan 29 orang di malam tahun baru.
Film ini juga diarahkan oleh Damián Szifron, seorang sutradara asal Argentina, yang sebelumnya sukses dengan serial TV lokal Los Simuladores (2002-2003) dan film Relatos Salvajes (2014) yang masuk nominasi Palme D’Or di Festival Film Cannes dan nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Wards 2015.
Walau tidak terlihat spesial, susunan para pemeran dan sutradara beserta premis film To Catch A Killer boleh dibilang menarik. Tapi apakah film ini bagus?
Cerita Film To Catch A Killer
Keriaan malam tahun baru di Baltimore dirusak oleh tembakan misterius dari seorang sniper. Korban berjatuhan. Polisi segera bertindak berusaha mengamankan masyarakat dan mencari sang sniper. Polisi jalanan Eleanor Falco (Shailene Woodley) salah satunya. Sayangnya, si penembak misterius itu tidak berhasil ditangkap.

Sebuah operasi perburuan gabungan antara FBI dan Kepolisian Baltimore pun digerakkan. Yang memimpin operasi itu adalah Geoffrey Lammark (Ben Mendelsohn), seorang agen FBI senior. Melihat bakat Eleanor dalam menganalisa kasus, Lammark memintanya untuk bekerja di bawahnya dalam kasus ini, menjadi penghubung antara Kepolisian Baltimore dan dirinya. Selain Eleanor, juga ada Jack Mackenzie (Jovan Adepo) sebagai orang yang dipercara Lammark.
Saat mereka bertiga sedang mengunjungi kamar mayat untuk memeriksa korban-korban penembakan, mereka mendapat laporan kalau Kepolisian Baltimore bergerak untuk menangkap tersangka. Lammark, Eleanor dan Mackenzie segera menuju ke sana.
Sesampainya di sana, Lammark menemukan bahwa pihak kepolisian sebenarnya tidak punya cukup bukti. Namun agen FBI lain di sana tetap memerintahkan penangkapan, yang berujung pada pemuda tak bersalah yang jadi tersangka melompat keluar jendela dan tewas.
Tekanan kemudian bertambah ketika keesokan harinya si penembak misterius melakukan penembakan massal di sebuah mall dan korban pun kembali berjatuhan.
Kurang Fokus
Melihat judul filmnya, To Catch A Killer, ada kesan bahwa di film ini kita akan menyaksikan penyelidikan dan perburuan terhadap seorang pembunuh berantai. Namun ternyata ceritanya tidak seperti itu.

Seperti yang disebutkan oleh Lammark, si penembak misterius bukanlah seseorang yang punya motis tertentu karena korbannya acak, juga tidak punya agenda politis karena tidak memberi pernyataan setelah melakukan teror, tapi punya keahlian tinggi baik dalam hal menembak atau menyembunyikan diri. Lalu, seperti kata Eleanor, ada unsur spontanitas dalam tindakan si penembak.
Hal ini memang membuat sosok si pembunuh sulit ditebak apa sebenarnya yang jadi tujuannya dan apa motifnya. Di sisi lain, hal itu juga melepaskan film To Catch A Killer dari suasana misterius dan mencekam seperti yang ada pada film-film thriller kriminal sejenis, terutama film pembunuh berantai. Tidak ada proses penelusuran sebab-akibat yang menonjol.
Memang ada proses profiling si penembak misterius. Terutama soal latar belakang dan kemampuannya. Tapi itu tidak menjadi faktor dominan. Paling tidak dari sisi si pembunuh.
Alih-alih, film To Catch A Killer menampilkan tekanan yang didapat oleh Lammark dan Eleanor dalam melakukan tugasnya. Beberapa insiden yang terjadi di film berasal dari keputusan atasan Lammark yang terburu-buru demi menjaga status dan citra mereka di hadapan publik.
Sayangnya bermain dengan sub-plot itu membuat masing-masing masalah tidak mendalam dan tidak membangkitkan sebuah urgensi yang membangun ketegangan dalam cerita film. Lalu ketika si penembak misterius itu ditemukan di akhir film, yah… efek dramatisnya juga jadi berkurang.
Kelemahan serupa juga muncul dari sisi para tokohnnya. Film To Catch A Killer menempatkan Eleanor Falco yang diperankan oleh Shailene Woodley sebagai tokoh utamanya dan memberikan porsi cukup banyak pada Geoffrey Lammark yang diperankan oleh Ben Mendelsohn sebagai tokoh pendukung.

Yang menarik, dari sisi ini, karakteristik Lammark sebagai pimpinan tim lebih menonjol dan lebih punya pengaruh dalam cerita daripada Eleanor. Sebagai pimpinan operasi, ia berada di bawah tekanan, berusaha melakukan hal yang benar, dan menjadi tumbal dari para birokrat.
Ben Medelsohn sendiri memerankan tokoh Lamark dengan baik. Sebelum ini kita sudah melihat aktor Aurtralia ini berperan sebagai Nolan Sorrento di film Ready Player One (2018), sebagai Raja George VI di film The Darkest Hour (2017) ,dan sebagai Sheriff of Nottingham di film Robin Hood (2018). Walau bukan aktor papan atas, ia selalu berhasil memerankan tokoh-tokohnya dengan baik, termasuk juga Lammark di film ini.
Tokoh Eleanor juga digambarkan punya problem sendiri, antara bakat dan nasib, yang sebenarnya cukup menarik. Tapi sayangnya, walau memberi dinamika hubungan dengan Lammark, karakteristik ini tidak berpengaruh pada plot secara langsung.
Shailene Woodley juga sebenarnya memerankan tokoh Eleanor dengan baik. Sebagai aktris, ia memang sudah menunjukkan kemampuannya. Misalnya melalui franchise film Divergent, The Fault in Our Stars (2014) yang jadi salah satu film sedih terbaik pilihan kami, dan juga Ferrari (2023) — walau sayangnya kita tidak sempat melihat penampilannya sebagai MJ di film The Amazing Spider-Man 2 (2014) karena scene itu dihapus.
Tapi di film ini, tokoh yang ia perankan seolah berada di bawah bayang-bayang Lammark. Perannya jadi terasa kurang signifikan dan tidak cukup menonjol. Kalau mau membandingkan tokoh Eleanor dengan Clarice Starling dari film The Silence of the Lambs, yah… cukup jauh.
Masih Menghibur Ditonton
To Catch A Killer merupakan judull yang menarik dan memancing imajinasi soal proses menangkap seorang pembunuh yang dramatis. Sayangnya, sisi film itu sendiri tidak sedramatis judul yang ia miliki.

Film ini masih memiliki taring dari berbagai momen menarik di dalamnya. Seperti bagaimana di penembak misterius itu begitu ahli, dinamika hubungan antara Eleanor dan Lammark, atau kesalahan dari pihak kepolisian yang fatal dan menumbalkan Lamark.
Namun berbagai plot yang ada di dalamnya tersebar dan tidak mengikat cerita dengan baik. Kalau Damián Szifron, sang sutradara, ingin membuat film ini tentang kasus pembunuhan, film ini tidak cukup memiliki ketegangan yang bikin penasaran. Begitu juga kalau jika ia ingin memberikan drama dari karakternya, misalnya seperti film Heat (1995), hal itu juga kurang memuaskan.
Akhirnya, To Catch A Killer jatuh dalam kategori film yang menarik tapi tidak istimewa. Masih asik ditonton, tapi tidak berkesan. Mungkin jika kamu setelah ini menonton film lain, film ini sudah akan terlupakan.