Premis anime Yuru Camp yang berasal dari adaptasi manga 4-koma dengan judul sama karya Afro bisa dibilang simple, tentang sekelompok gadis yang menikmati berkemah sebagai hobi. Cerita animenya secara gamblang dan halus menyampaikan pada audiens tentang kesenangan berkemah sekaligus indahnya menyatu dengan alam, menjauh dari segala hiruk pikuk kota.
Lantas, mengapa anime dengan premis se-simple itu bisa begitu populer sampai menghidupkan kembali pariwisata di perfektur Yamanashi di Jepang sekaligus menerima dua season anime dan adaptasi film layar lebar?
Karena itu, siapkan backpack-mu, dan kita jelajah apa yang menjadi daya tarik Yuru Camp lebih lanjut. Silahkan simak review Yuru Camp Movie dari kami ini.
The Story So Far
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, anime Yuru Camp menceritakan kelima sahabat (Nadeshiko Kagamihara, Rin Shima, Aoi Inuyama, Chiaki Oogaki, dan Ena Saitou) dalam menggeluti hobi mereka berkemah.
Setiap episodenya memiliki pola yang kurang lebih sama. Kelima tokoh utama kita berkemah bersama di suatu lokasi, atau salah satu dari kelimanya memilih menyendiri di lokasi lainnya.
Lokasi perkemahan yang ditunjukkan di berbagai episode anime-nya mendapat inspirasi dari lokasi di dunia nyata.

Premis Yuru Camp yang simple, mudah diikuti, episodik, tidak bombastis, comfy, bisa disebut seperti merepresentasikan genre slice-of-life itu sendiri. Kita bisa menjelajah dan melihat berbagai wilayah yang indah, melihat Nadeshiko dan kawan-kawan menikmati api unggun dan masakan hangat di tengah malam.
Semua itu membuat penontonnya seperti ingin bergabung ikut dengan mereka.
The Movie Synopsis
Dua season anime yang tersebar dalam 24 episode sudah cukup jelas dan gamblang menggambarkan karakterisasi dan keunikan kelima tokoh utama kita, hubungan antar mereka, hobi serta masalah sehari-hari mereka.
Fokus utama Yuru Camp bisa dikatakan terpusat pada dua karakter, Nadeshiko dan Rin.

Kedua gadis itu terlihat bertolak belakang. Rin cenderung santai, pendiam, penyendiri, dan independen. Nadeshiko, bisa dikatakan periang, banyak bicara, selalu lapar, dan suka melupakan sesuatu di tengah situasi.
Menyaksikan karakter-karakter tersebut saling berinteraksi, berteman, menikmati hobi yang sama dan membicarakan berbagai hal yang bisa dikatakan remeh dan santai, tentu menghasilkan berbagai momen yang lucu dan imut.
Selain itu, salah satu daya tarik Yuru Camp mulai dari serial anime nya sampai film layar lebarnya adalah para karakternya terasa seperti orang-orang yang bisa kita temui di kehidupan sehari-hari.
Film ini bersetting bertahun-tahun setelah serial animenya. Nadeshiko dan kawan-kawan sudah lulus SMA, dan kini sudah menggeluti dunia kerja sebagai orang dewasa. Rin, kini bekerja sebagai penulis di sebuah majalah pariwisata di Nagoya.
Nadeshiko bekerja sebagai karyawan toko perlengkapan kemah. Aoi bekerja sebagai guru SD. Ena bekerja sebagai perawat hewan, dan Chiaki sebagai pegawai departemen pariwisata kota.
Suatu hari, Rin menerima teks dari Chiaki. Departemen pariwisata Yamanashi, perfektur tempat mereka berlima bersekolah dulu, memberikan tugas pada Chiaki untuk membuka kembali tempat yang ditelantarkan selama bertahun-tahun.
Rin menyeletuk agar mengubah tanah kosong tersebut menjadi tempat perkemahan, dan Chiaki tanpa membuang waktu langsung menyeret Rin dari Nagoya ke Yamanashi sekaligus memanggil ketiga teman mereka lainnya untuk ikut serta.
Jadilah mereka berlima kembali reuni untuk sebuah proyek besar: Menjadikan sebuah ladang kosong yang tertinggal menjadi tempat perkemahan. Mereka berkumpul, mengadakan rapat, memotong rumput yang tumbuh liar, dan tidak lupa, mencoba berkemah di tanah yang mereka kerjakan.
Tak Diduga, Ceritanya Terasa Deep
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Yuru Camp menyajikan salah satu cerita slice of life terbaik. Atmosfer yang ditampilkan terasa bagi yang menonton, dan seperti ada yang sesuatu yang spesial, dan memikat tentang bagaimana Yuru Camp menggambarkan keindahan alam dan kehidupan di luar.
Film ini juga menyajikan petualangan alam yang comfy dalam dua jam penayangannya. Melihat para karakter utama kita tumbuh dewasa, lengkap dengan berbagai tanggung jawab baru, tapi tetap dengan mindset dan kepribadian yang enjoyable terasa memuaskan.
Selain itu, film ini juga menggambarkan tanggung jawab sebagai orang dewasa secara jelas. Proyek mereka untuk membangun lahan perkemahan tentu saja tidak berjalan begitu mulus.

Bagaimana mereka menghadapi permasalahan ini secara dewasa, dengan tidak menyalahkan satu sama lain, dan sebisa mungkin mencari titik tengah dan kompromi.
Film ini juga memperlihatkan kalau menjadi dewasa tidak sama dengan kehilangan passion sewaktu muda dan kecil. Kita masih bisa mempertahankan passion dan impian kita sewaktu kecil, tak perlu membuang semuanya dan menjadi pribadi sinis.
Ada beberapa momen di mana para karakter kita seperti menahan sesuatu, dan mereka melampiaskan emosinya dengan melakukan hal yang mereka sukai.
Atmosfir Tiada Tara
Di tengah banyaknya anime yang bermunculan dan populer, kemunculan anime seperti Yuru Camp bisa dikatakan sebagai oasis. Sekarang, studio anime selalu berlomba untuk menghasilkan karya yang hype, memiliki action yang menggugah, dan animasi yang eksplosif.
Anime-anime tersebut mengandalkan hype untuk memompa adrenalin pada para audiensnya. Karena itu, keberadaan anime yang tidak mengandalkan hype dan dorongan adrenalin sangatlah langka.

Atmosfer yang ditampilkan di Yuru Camp terus menerus konsisten menenangkan audiensnya. Tak perlu berlebihan menyebut kalau kualitas background, dan pemandangan di Yuru Camp layaknya seperti lukisan di museum.
Background Yuru Camp memang indah, ada semacam polish komposit dan penggabungannya dengan gambar karakter yang melebihi batasan fotografi biasa. Sutradara Yoshiaki Kyougoku sangat mengerti keindahan momen lewat karakter, gambar, musik, skrip, dan suara.
Terlalu Lama?
Sebagai cerita, tempo Yuru Camp berfungsi maksimal selama 20 menit penayangan animenya. Karena Yuru Camp membuat struktur episode-nya dengan berbagai build-up dari gambar kunci pemandangannya. Ada semacam pola naik dan turun dalam setiap scene-nya.
Tentu saja pola tersebut tak bisa diinterpretasikan sempurna ke film layar lebar, yang lebih membutuhkan cerita menyeluruh, lebih panjang, dan klimaks. Ada resiko cerita yang simple akan menjadi tumpul dan “membuat ngantuk” ketimbang membuat relaks.
Meski tertolong oleh karakterisasi dan indahnya penyusunan pemandangannya, tak bisa disangkal kalau Yuru Camp movie tergolong panjang untuk ukuran cerita di genre ini.
Memang, seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, bahwa dalam hiburan dan khususnya anime, semua tidak perlu memiliki cerita yang kompleks dan memacu adrenalin. Tetapi, sulit untuk menikmati film selama dua jam hanya berdasarkan atmosfer dan vibe saja.

Serial anime Yuru Camp diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin relaks, dan tak ingin tontonan yang cenderung “berat”. Hal itu juga yang membuat banyak orang cenderung tidak bisa menonton episode Yuru Camp secara maraton.
Pada akhirnya, Yuru Camp movie adalah film yang fans bisa perkirakan dari serial yang terkenal dari comfynes-nya. Para karakter yang sudah dewasa membuat film ini tak sekedar menjadi sambungan dari serial animenya.
Film ini juga mengingatkan kalau semua tak berubah meski sudah beranjak dewasa. Meski sudah berpisah dan jarang melakukan kontak, kita bisa berkumpul bersama lagi, duduk bersama, makan bersama, dan mengobrol bersama hal-hal yang remeh.