Dunia E-sports dunia kini sedang menyoroti turnamen terbesar tahun ini, The International 10 DOTA 2. Setelah 7 hari berlangsung, akhirnya skena DOTA 2 Internasional punya juara baru. Siapa sangka, tim asal Russia, Team Spirit yang berhasil membawa aegis pulang dari ajang TI10. Kemenangan ini tentu mendapat sambutan meriah oleh komunitas DOTA di seluruh media sosial.
Kemenangan Team Spirit ini tentu penuh dengan perjuangan dan darah. Pasalnya, tim berlogo kepala serigala ini harus berusaha dengan sangat kesusahan dan merasakan kompetisi di upper bracket sekaligus lower bracket. Sebelum menuju final, mereka merasakan lawan-lawan kuat dari mulai Team Secret sampai OG.
Terlepas dari itu semua, Team Spirit akhirnya membuktikan bahwa mereka memang layak menjadi juara dengan mental baja para pemainnya. Pasalnya, mereka berhasil mengalahkan tim kuat asal Tiongkok, PSG.LGD. Bahkan mereka terpaksa harus memainkan 5 game sebelum akhirnya mengangkat Aegis. Pertandingan tersebut juga sangat mendebarkan dan Team Spirit sempat hancur pada game keempat.
Magnus Collapse Jadi Penentu

Kompetisi sebesar The International tentu menghasilkan banyak sekali drama di dalamnya. Bahkan banyak orang yang menyebut bahwa kompetisi dengan hadiah terbesar ini adalah tempat yang menghancurkan solidaritas dan juga mental para pemain DOTA 2. Banyak tim yang bubar dan pemain yang harus menurun kariernya pasca bermain di ajang satu ini.
Khusus untuk The International 10, Team Spirit jelas merupakan tim underdog yang nggak dijagokan untuk menang di TI10. Bahkan banyak orang memprediksi bahwa mereka hanya akan sampai pada posisi ketiga saja pasca mengalahkan OG, tim yang mengangkat Aegis 2 tahun berturut-turut.
Sebelum mengangkat titel juara, Team Spirit sempat membuat heboh komunitas dan para pemain profesional DOTA 2. Pasalnya, midlaner mereka, TORONTOTOKYO melakukan sebuah tindakan yang cukup disrespect saat pertandingan terakhir melawan OG. Ia mengetik “Ez game” alias “Easy game” sebagai bentuk makian tersendiri.
Jika ada orang yang sangat penting bagi kemenangan Team Spirit, offlaner mereka Collapse adalah orangnya. Ia menghancurkan banyak sekali tim dengan menggunakan hero andalannya, Magnus. Kombo Reverse Polarity dan akurasi skill skewer dari Collapse sudah cukup untuk menghancurkan tim sekuat OG, Virtus Pro, Vici Gaming, Team Secret sampai PSG.LGD. Para penggemar bahkan menjuluki hero Magnus Collapse sebagai “Magnus Railway”
PSG.LGD Harus Puas Jadi Runner Up Lagi

Di mana ada pemenang, di sana ada pecundang. Team asal Tiongkok, tim yang punya permainan sangat rapi dan konsisten sekelas PSG.LGD harus puas untuk menjadi runner up di The International 10. Hal ini juga terjadi pada The International 8 saat mereka melawan tim OG yang sama kuatnya dengan mereka.
Tentu saja kekalahan ini adalah pil pahit bagi mereka. Terutama bagi pemain carry PSG.LGD, Ame. Ia telah merasakan dua kali menjadi runner up dan nggak pernah mengangkat aegis. Padahal, Ame menjadi salah satu pemain carry paling besar, paling kuat dan paling konsisten yang pernah ada dalam sejarah DOTA 2.
Terlepas dari itu semua, kekalahan tetaplah kekalahan. Mereka harus menerima bahwa strategi, draft pick dan permainan mereka tak lebih baik dari Team Spirit. Memilih kombo kotor hero Tiny dan Lycan, mereka tak bisa menahan hero-hero kuat dari Team Spirit, Bane, Ember Spirit, Terror Blade, Magnus dan Winter Wyvern.
Nah gimana menurut kalian Popins? Apakah kalian terhibur dengan pertandingan final kemarin? Apa hal yang membuat Team Spirit bisa menang dan apa alasan PSG.LGD harus menelan kekalahan? Yuk tulis komentar kalian di kolom komentar~