Langsung saja. Kalau kamu suka dengan film perang, terutama yang punya unsur bertahan hidup dari serangan musuh, maka film 13 Hours akan cocok dengan seleramu itu. Apalagi, saat artikel ini ditulis, film tersebut akan segera hadis masa tayangnya di Netflix (30 April 2024).
Judul lengkap film ini sebenarnya adalah 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi, tapi lebih dikenal tanpa embel-ebel di belakangnya karena memang terlalu panjang. Film ini merupakan hasil arahan sutradara Michael Bay, dan dibintangi oleh James Badge Dale, John Krasinski, Pablo Schreiber, Max Martini, David Denman, Dominic Fumusa, Toby Stephens, Alexia Barlier, David Costabile.
Komposisi seperti yang terlihat di atas cukup menarik. Bagaimanapun Michael Bay terkenal dengan film-filmnya yang bombastis, seperti Armageddon (1998), Pearl Harbor (2001) dan seri Transformers. Di sisi lain, para pemerannya tampak kurang terkenal, kecuali John Krasinski, yang kini sudah lebih dikenal luas setelah penampilannya sebagai Reed Richard di Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022 dan di serial Prime Video, Jack Ryan.
Jadi, mari kita lihat lebih jauh soal film 13 Hours ini.
Cerita Film 13 Hours
Film 13 Hours dibuat berdasar kisah nyata dan mengikuti kisah 6 anggota sebuah tim keamanan yang terdiri dari mantan anggota Navy SEAL berjuang mempertahankan wilayah diplokatik Amerika Serikat di Benghazi, Libya, setelah terjadi gelombang serangan dari pasukan milisi pada tanggal 11 September 2012.

Pada tahun 2012, setelah Muammar Ghaddafi digulingkan, daerah Benghazi di Libya disebut sebagai salah satu wilayah paling berbahaya, sampai berbagai negara menutup kantor diplomasi mereka karena takut diserang.
Amerika masih memiliki kantor diplomasi (walau bukan konsulat atau kedutaan besar) yang letaknya tidak jauh dari markas rahasia CIA, “The Annex”. Duta Besar Amerika Serikat akan datang ke sana untuk menjaga jalur diplomasi, walau kondisinya berbahaya. Untuk memperkuat penjagaan, pihak Amerika menarik pasukan Brigade Martir 17 Februari.
Benar saja, kantor diplomasi itu kemudian diserang oleh pasukan milisi waktu malam dan pasukan Brigade Martir 17 Februari dengan cepat kewalahan. Tim keamanan GRS (Global Response Staff) yang berada di markas CIA segera menuju ke sana untuk membantu, sementara mereka juga meminta kiriman pasukan bantuan.
Begitulah mereka pun melakukan pertahanan terakhir menghadapi serbuan pasukan milisi sambul menunggu tibanya pasukan bantuan.
Film Perang Ala Michael Bay
Yah. Tadi saya sudah menyebutkan kalau film 13 Hours ini disutradarai oleh Michael Bay. Memang, sesuai tradisi Michael Bay sebagai seorang sutradara, film ini merupakan film perang yang bombastis.

Sedikit disclaimer, saya tidak menguasai sejarah yang terjadi. Namun dari beberapa informasi, film ini disebut tidak akurat. Di sisi lain, tidak sedikit pula film yang berdasar kisah nyata menyajikan cerita yang didramatisasi demi kepentingan hiburan. Jadi dalam hal ini saya masih bisa memakluminya.
Walau begitu, film 13 Hours ini terasa berjalan cukup linear tanpa banyak konflik lain di dalamnya. Kalaupun ada, konflik itu tidak cukup mendalam untuk memberi dimensi yang berbeda pada film ini. Memang ada sedikit kisah pribadi para tokohnya yang muncul, tapi itu cuma sekedar untuk mengingatkan kita pada bahaya dan resiko yang mungkin terjadi. Misalnya ketika anggota tim menghubungi keluarga di rumah. Sebuah adegan yang sangat klise.
Bicara soal para tokohnya, kita disajikan berbagai karakter yang terasa cuma lewat begitu saja tanpa sempat kita kenal. Mereka tampil bagai rockstar yang terlihat jago, tapi kemudian beberapa tewas begitu saja. Karakter-karakter itu tidak memberikan ikatan emosional apapun. Jujur, saat menulis artikel ini, yang saya ingat secara pasti hanya sosok yang diperankan oleh John Kasinski saja.
Ada pula sedikit kekonyolan di sini, ketika situasi genting dengan tiap bahaya mengancam dari setiap sudut jalan, ada orang misterius yang memotret wilayah Amerika, sang Duta Besar tetap menganggap bahwa tidak ada bahaya sebenarnya di situ. Haloooo…..!

Lalu, sesuai ciri khas Michael Bay, kita akan melihat berbagai adegan yang bombastis. Tembakan senapan, ledakan bom, kejar-kejaran mobil dan sebagainya. Kadang, dengan kurangnya dukungan pada cerita dan karakter yang ada, kita bisa kesulitan mengikuti siapa yang melakukan apa di tengah peperangan itu.
Memang cukup disayangkan. Situasi yang ada sebenarnya bisa memungkinkan ketegangan yang dibangun lebih menarik dengan plot yang lebih mendalam. Ada banyak kesempatan untuk menyajikan pilihan dengan konsekuensi yang fatal, yang bisa lebih mengikat penonton lebih jauh.
Pada Akhirnya Hanya Sekedar Film Laga
Yah, mungkin memang ada baiknya melihat film 13 Hours ini sebagai sebuah film laga tanpa konteks politik atau konflik yang mendalam. Mungkin judul yang seperti itu juga memberikan gambaran utuh apa yang terjadi (bertahan hidup selama 13 jam) dan kenapa sub judulnya jarang disebut (karena memang tidak menggambarkan itu).
Ketika kita melihat film ini hanya sebatas film aksi, kita memang akan mendapat hiburan yang lumayan. Michael Bay berhasil memberikan adegan aksi yang intens dan menegangkan, yang akan memuaskan penggemar film action atau penggemar film-filmnya.
Jadi, jangan berharap kamu akan menemui film seperti Black Hawk Down (2001), American Sniper (2014), atau bahkan The Covenant (2023) dari Guy Ritchie. Karena film-film itu masih memberikan nuansa yang lebih kaya. Sementara film 13 Hours hanya asik dinikmati sebatas aksi saja.