Hari ini kita kembali dengan konten review film. Kalau kemarin Popculture.id menulis ulasan film Wonder Woman 1984, kini kami akan review film berjudul Love And Monsters garapan sutradara Michael Matthews yang pertama kali tayang pada bulan Oktober 2020 silam.
Love and Monsters sendiri adalah film petualangan bergenre fantasi. Cukup berbeda dengan film-film sejenisnya, Love and Monsters memakai pendekatan komedi ringan dengan sentuhan kisah romansa yang cukup kental.
Film ini dibintangi beberapa nama besar seperti Dylan O’Brien, Jessica Henwick, Michael Rooker, Daniel Ewing dan aktris cilik Ariana Greenblatt yang tampil memukau sepanjang film ini. Entah kenapa saya dibuat takjub dan sangat-sangat terhibur setelah selesai menonton film ini. Saya merasa jauh lebih bahagia dibanding setelah menonton film The Devil All The Time atau The Trial of the Chicago 7 meski sebenarnya ketiga film ini nggak bisa dibandingkan.
Plot Umum Dengan Eksekusi Brilian

Sejujurnya, plot cerita yang diusung film Love And Monsters sangatlah umum. Film ini berkisah tentang petualangan seorang laki-laki yang ingin bertemu dengan kekasih lamanya setelah terpisahkan selama 7 tahun. Mereka terpisah karena dunia mengalami kehancuran yang disebabkan oleh serangga-serangga yang bermutasi jadi besar dan mengancam kemanusiaan.
Pasca kejadian mutasi serangga, manusia bukan lagi makhluk di puncak rantai makanan. Populasi manusia terancam dan berkurang secara drastis. Mereka yang selamat bertahan dan tinggal di dalam bunker bawah tanah, berlindung dari kemungkinan jadi mangsa para monster.
Setelah 7 tahun manusia bersembunyi, seorang pemuda depresi bernama Joel Dawson (Dylan O’Brien) memutuskan untuk pergi ke luar bunker untuk menemui kekasih lamanya. Bermodalkan nekat dan cinta, si pemuda berjalan di atas bumi yang telah dipenuhi monster.
Nggak bisa dipungkiri lagi, plot cerita post-apokaliptik seperti ini sudah umum digunakan film bahkan serial televisi. Lantas, apa yang membuat Love and Monsters begitu menakjubkan?
Jawaban pendek yang bisa saya berikan adalah: eksekusi ceritanya yang padat dan nggak bertele-tele. Film ini terasa sangat pas dari berbagai segi. Bahkan adegan dan dialog komedinya sangat membantu pembangunan karakter utamanya. Salah satu adegan dan dialog favorit saya dalam film ini adalah saat Joel membunuh Queen dan berteriak “I Feel Like Tom Cruise!”
Pentingnya Arsip Bagi Peradaban Manusia

Padat. Mungkin kata itu yang pas untuk menggambarkan film Love and Monsters. Penulisan film ini sangat mendetail dan rapi, menggunakan pandangan sang tokoh utama yang penakut dan traumatis untuk mengeksplorasi lebih jauh dunia pasca kiamat beserta makhluk-makhluk berbahaya yang hidup di dalamnya.
Film ini juga menggunakan hobi menggambar sang tokoh utama sebagai makna, pemicu konflik dan twist sepanjang film. Dari apa yang saya lihat, film Love and Monsters mencoba untuk memberitahu pada kita bahwa pengarsipan adalah hal yang sangat penting untuk peradaban manusia.
Diceritakan Joel sering menggambar dan menulis informasi berbagai monster dan tumbuhan beserta karakteristiknya dalam catatan kecilnya. Catatan kecil ini yang pada akhirnya membantunya mengeksplorasi dunia yang sudah hancur. Dengan catatan ini pula Joel membantu banyak orang yang masih bersembunyi untuk berani keluar dari bunker dan memulai peradaban baru serta mengalahkan ketakutan akan monster-monster yang mengancam.
Berpotensi Untuk Dieksplorasi

Di akhir film, kita melihat bahwa semua orang yang bersembunyi akhirnya pergi ke luar dan melakukan perjalanan mengeksplorasi dunia yang sudah hancur. Berbekal catatan Joel, setiap kelompok mencoba bertahan hidup dan beradaptasi dengan dunia baru.
Adegan akhir ini juga yang membuat saya berfikir bahwa dunia dalam film Love and Monsters begitu luas dan sangat berpotensi untuk dieksplorasi. Masih banyak tempat, makhluk dan konflik-konflik yang bisa digali lebih dalam. Sepertinya akan menyenangkan melihat para manusia saling bahu membahu atau bahkan saling bertarung satu sama lain demi membangun kembali peradaban yang sudah hancur.
Secara pribadi saya berharap bisa menonton kelanjutan cerita Joel di film Love and Monsters dengan catatan kalau penggarapannya harus konsisten dan minimal memiliki kualitas yang sama dengan film pertamanya. Ya berharap saja kalau kesuksesan film ini nggak membuat para pembuat film besar kepala dan membuat sekuel film yang serampangan.
Nah itu dia review film Love and Monsters. Jujur saya katakan bahwa film ini sangat layak untuk disaksikan oleh para penggemar film fantasi atau para penggemar film secara umum.