Sejak dua minggu lalu bioskop di seluruh Indonesia sedang ramai dipenuhi oleh penggemar Gal Gadot. Pasalnya hari ini film Wonder Woman 1984 sedang ditayangkan. Nah buat kamu yang belum nonton, Popculture.id akan review film Wonder Woman 1984 agar kamu punya sedikit gambaran.
Sayangnya hari ini review film Wonder Woman 1984 akan sedikit pedas. Sebagai seorang fanboy saya merasa sangat kecewa sekali. Bahkan jauh lebih kecewa dari yang bisa dibayangkan. Banyak hal ganjil dan momen ‘what the fuck’ yang membuat saya geleng-geleng kepala dan mengumpat sepanjang film ini diputar. Kalau bukan karena penasaran, saya mungkin sudah pergi ke luar bioskop di menit ke 45.
Plot Cerita

Film Wonder Woman 1984 adalah sekuel yang sebenarnya nggak berasa sekuel dari film pertamanya yang dirilis pada tahun 2017 silam. Seperti judulnya, Wonder Woman 1984 menceritakan kehidupan Putri Diana pada tahun 1984. Saat itu Diana menjadi seorang pahlawan yang membantu masyarakat kota DC yang kesusahan. Sang putri juga sering mengambil alih tugas polisi untuk memberantas kejahatan.
Cerita berlanjut pada pertemuan Diana dengan dua villain utama dalam film ini. Mereka adalah Cheetah dan Maxwell Lord. Dalam film ini juga Diana nggak beraksi sendiri. Ia dibantu oleh mantan kekasihnya yang sudah mati, Steve Trevor. Konflik dalam film ini cukup sederhana, yakni dunia yang semakin kacau karena Maxwell Lord yang mengabulkan semua permintaan orang-orang.
Lebih Dari Sekedar Mengecewakan

Kalau dilihat dari plot, film Wonder Woman 1984 terdengar menarik bukan? Tapi sebenarnya film Wonder Woman 1984 ini sangat nggak layak untuk ditonton. Banyak hal yang mengecewakan. Dari mulai naskah yang jelek, sinematografi yang monoton dan latar yang tidak maksimal. Saya sampai bingung, kok bisa-bisanya naskah dan cerita sejelek ini bisa diterima oleh seorang produser.
Kekecewaan saya bukan tanpa alasan. Pasalnya film pertama Wonder Woman sangat-sangat bagus. Ceritanya padat dengan beragam aksi dan konflik beruntun yang membuat dramatis di akhir filmnya. Tapi Wonder Woman 1984 nggak memiliki itu. Salah satu hal yang bagus dalam film ini hanyalah sosok Gal Gadot. Ironis sekali.
Alasan Wonder Woman 1984 Jelek

Apa saja sih hal yang membuat film ini jelek? Oke kita bakal membahasnya satu per satu. Pertama adalah soal alur dan plot cerita. Berbeda dengan film sebelumnya, film ini berdurasi cukup panjang yakni 2 jam 30 menit. Sayangnya durasi panjang tersebut tidak dimaksimalkan. Banyak plot hole dan cerita yang terbuang sia-sia tanpa ada kolerasinya. Jikapun ada, cerita tersebut hit and miss pada penonton.
Wonder Woman 1984 juga cukup menghancurkan karakter Steve Trevor. Steve yang merupakan seorang pahlawan perang Amerika, dijadikan objek lawakan dalam film ini. Bukannya nggak boleh, hanya saja karakter Steve itu punya ikatan batin tersendiri dengan para penggemar Wonder Woman.
Selain itu Wonder Woman 1984 juga diisi oleh banyak filler. Adegan-adegan Diana yang terbang di atas langit sampai adegan Maxwell Lord yang berulang-ulang di bagian akhir film sangat membuat saya sendiri lelah. Apalagi klimaks dari film ini bukanlah pertarungan, melainkan kata-kata so bijak soal kejujuran dan dunia yang apa adanya. Nggak menarik sama sekali!
Selain itu film Wonder Woman 1984 tidak berhasil merepresentasikan keadaan yang terjadi pada tahun 1984. Nggak ada unsur yang menonjol sama sekali kecuali demonstrasi anti-nuklir. Latar tersebut sebenarnya bisa dieksplorasi lebih jauh dengan menonjolkan fashion, kultur pop dan situasi politik yang lebih mendalam.
Banyak juga hal yang tidak jelas dan membutuhkan penjelasan lebih jauh. Bayangkan, dengan durasi 2 jam setengah masih banyak hal yang nggak tuntas. Seperti perubahan Barbara menjadi Cheetah dan kekuatan yang ia dapatkan. Terlepas dari itu adegan pertarungan antara Cheetah dan Wonder Woman cukup mengobati meskipun diakhiri dengan konyol dan menggelikan.
Buat kamu yang pengin nonton film ini, pastikan dulu kalian siap menerima apa pun. Jangan berekspektasi berlebihan sebab film ini hanya spesial karena pesona Gal Gadot saja.