Kalau kamu sedang cari tontonan ringan yang benar-benar menghibur, kali ini saya merekomendasikan film Laapata Ladies. Film India ini nggak cuma punya cerita unik, tapi juga lucu dan penuh sentilan kritik sosial.
Laapataa Ladies, atau judul internasionalnya Lost Ladies, adalah film drama komedi berbahasa Hindi yang disutradarai oleh Kiran Rao, dan dibintangi oleh Nitanshi Goel, Pratibha Ranta, Sparsh Shrivastava, Chhaya Kadam, juga Ravi Kishan. Film ini diputar pertama kali di Film Festival Internasional Toronto 2023, dan setelah tayang di bioskop, mampir di Netflix mulai tanggal 26 April 2024.
Nah, supaya nggak penasaran, langsung kita lihat saja apa yang membuat film Laapataa Ladies ini menarik.
Cerita Film Laapataa Ladies
Laapataa Ladies bercerita tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah dan melakukan perjalanan pulang ke rumah orang tua si suami, namun sang istri secara tidak sengaja tertukar di atas kereta.

Deepak Kumar, seorang petani, baru saja menikah dengan Phool Kumari. Mereka berdua, yang mengenakan baju pernikahan mereka, pulang ke rumah keluarga Deepak dengan naik kereta api. Di atas gerbong kereta mereka bertemu dengan beberapa pasangan lain yang juga baru menikah. Semua pasangan memakai pakaian serupa, terutama para istri yang memakai baju sari berwarna merah dengan cadar menutup wajah.
Di sebuah stasiun, kereta berhenti. Deepak pergi ke kamar mandi sementara beberapa penumpang lain turun. Tersedia tempat duduk lowong, Phool diminta bergeser dan pasangan lain duduk di sebelahnya. Saat Deepak kembali, ia kembali duduk tanpa menyadari perubahan posisi. Lalu, ketika tiba di stasiun tujuan, Deepak segera menggandeng ‘istrinya’ dan turun Sedangkan Phool yang tertidur tidak menyadari kepergian Deepak.
Sesampainya di rumah, keluarga Deepak segera menyambut kedatangan kedua mempelai itu. Namun ketika mempelai perempuan mebuka cadarnya, mereka terkejut kalau ia bukanlah Phool. Gadis itu memberitahu kalau ia bernama Pushpa Rani. Tidak punya pilihan lain, keluarga Deepak menerima Phuspa untuk tinggal sementara di kediaman mereka.
Di stasiun lain, Phool dibangunkan oleh Pradeep, suami Phuspa, yang langsung meninggalkannya turun kereta. Phool yang menyadari kalau ia terpisah dengan Deepak, segera mencarinya. Sementara Pradeep yang tidak mengira kalau istrinya tertukar (Phool sudah membuka cadarnya), juga merasa kehilangan.
Keesokan paginya, Phool dibantu oleh pedagang di stasiun tersebut. Sementara Deepak berusaha menemukan cara untuk menemukan Phool. Di sisi lain, Pushpa terlihat memiliki sesuatu yang ia sembunyikan.
Lucu dan Kental Pesan Feminis

Berlatar tahun 2001 dan bercerita tentang warga India yang sederhana di pedesaan, kesan pertama yang saya tangkap dari film Laapataa Ladies ini adalah suasananya begitu akrab. Yah, mungkin karena India tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Ada adegan naik motor bertiga, naik bis duduk di atap, gerbong kereta yang penuh sesak, sampai pengemis yang pura-pura berkaki buntung.
Laapata Ladies memang bercerita tentang masalah sederhana dari orang-orang yang sederhana. Plot ceritanya bercerita cukup lurus tanpa banyak konflik yang rumit. Saya pikir di situlah daya tarik film ini. Konflik utama, istri yang tertukar, hanya menjadi kendaraan untuk mengantar berbagai kisah-kisah kecil dari para tokohnya yang menyimpan pesan menohok.
Berbagai karakter yang ada di film ini hadir dengan unik dan memberi warna beragam pada plot cerita yang cukup tipis. Lalu, sebagian karakter yang banyak ‘berbicara’ adalah karakter perempuannya. Deepak, sebagai tokoh utama laki-laki, tidak ditunjukkan memiliki perkembangan karakter yang dalam.
Di sisi lain, kita melihat bagaimana Phool, seorang gadis yang lugu dan dididik oleh ibunya untuk jadi ibu rumah tangga yang baik, mengalami benturan ‘pemikiran’ saat didorong untuk menjadi perempuan yang lebih mandiri oleh ibu penjual makanan di stasiun.
Lalu ada Pushpa, yang punya nama asli Jaya, yang berusaha menghindari proses laporan orang hilang ke polisi (yang kemudian menjadi curiga dengan tingkahnya). Ia ternyata disuruh menikah dengan Pradeep oleh ibunya. Pushpa sendiri sebenarnya ingin kuliah untuk memperdalam ilmu pertanian.

Tentu saja ada beberapa karakter lain, seperti Pradeep yang memanfaatkan pernikahaan untuk mengambil untung, kepala polisi yang korup, ibu penjual makanan yang bertahan hidup sendirian, kakak Deepak yang punya keahlian menggambar, dll. Tapi sekali lagi, yang punya kisah cukup dalam adalah karakter perempuannya.
Tidak mengherankan. Bagaimanapun film ini berjudul Laapataa LADIES. Lagipula tokoh-tokoh itu memang merupakan cerminan bagaimana kaum perempuan terkungkung oleh tradisi lama yang kaku dan tidak mendorong pemikiran maju yang kreatif.
Hal ini salah satunya bisa kita lihat dari percakapan antara ibu penjual makanan dan Phool, ketika si ibu tertawa waktu Phool mengatakan bahwa ibunya mempersiapkannya untuk jadi perempuan yang baik.
Phool mengatakan bahwa ia diajari menjahit, memasak, dll. yang dipotong oleh si ibu dengan sanggahan apakah ia juga diajari bagaimana menemukan jalan pulang. Phool hanya terdiam menghadapi kenyataan itu.
Logika dari tradisi dan agama juga disentil dengan tajam oleh film Laapataa Ladies melalui sisi komedinya. Yah, humor yang ada di film ini memang bukan jenis yang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak. Tapi cukup lucu untuk membuat kita terkekeh, karena sentilannya yang jitu.

Misalnya soal cadar. Waktu Inspektur Polisi Shyam Manohar bertanya apakah Deepak punya foto Phool agar proses pencarian lebih mudah, Deepak mengiyakan dan memberikan sebuah foto. Melihatnya, si Inspektur berkomentar, “Waaah, cantiknya…”. Namun foto itu adalah foto pernikahan mereka ketika wajah Phool tertutup cadar.
Lalu, dengan foto yang sama, Deepak berusaha bertanya dengan masyarakat sekitar. Seorang bapak yang melihat foto itu mengkritik masalah wajah perempuan yang ditutup cadar. Namun kemudian ia terdiam waktu sang istri, yang juga memakai cadar, muncul di sampingnya.
Seperti sudah disebut di atas, plot yang ada di film ini tidak terlalu dalam. Padahal ada beberapa hal yang bisa digali lebih jauh. Misalnya Pushpa yang merasa dimanfaatkan oleh Pradeep terkesan dengan kesungguhan Deepak mencari Phool. Sementara di sisi lain ada teman Deepak yang tertarik padanya. Namun sayang plot ini tidak dikembangkan lebih jauh. Sungguh, saya sebenarnya saya berharap Laapataa Ladies bisa mendorong potensinya lebih jauh.
Asik Ditonton
Saya minta maaf kalau ulasan di atas memberi kesan kalau film Laapataa Ladies ini berat dengan kritik sosial. Padahal sebenarnya tidak. Laapataa Ladies tetap menyenangkan untuk ditonton. Ada banyak adegan menggelikan, ada banyak momen menyentuh, bahkan ada pula lagu India yang catchy (walau tanpa seratus orang muncul dan menari).
Jadi, yah… Kalau kamu malas memikirkan masalah kritik sosial, film Laapataa Ladies masih aman buat kamu tonton. Nikmati saja ceritanya yang mengalir dengan lancar dan kelucuan yang ada di dalamnya. Sebagai sebuah tontonan, film ini masih memberikan hiburan yang melimpah.