Tema balas dendam memang banyak dipakai sebagai plot utama di berbagai cerita, termasuk di manhwa. Berbagai komik itu pun ada yang memiliki cerita bagus dan dianggap sebagai manhwa bertema balas dendam terbaik. Nah, kalau kamu sudah membaca semuanya, kamu boleh coba satu manhwa lagi, yaitu The Bad Son.
Mungkin sebelum benar-benar terjun membaca komik tersebut kamu ingin tahu terlebih dulu. Kalau begitu, silakan baca ulasan ini supaya kamu bisa mendapat gambaran yang lebih jelas.
Tentang The Bad Son

The Bad Son adalah sebuah manhwa aksi bernuansa drama kriminalitas yang ditulis dan digambar oleh Jeong Chan. Secara umum, manhwa ini mengikuti perjalanan Kang Pildu dalam usahanya membalas dendam pada ayahnya, atas kematian ibunya.
Manhwa ini dirilis pada tahun 2024 melalui layanan komik online Naver Webtoons, dan sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Chapter baru manhwa The Bad Son dalam versi Bahasa Indonesia dirilis tiap hari Jumat.
Cerita The Bad Son
Kang Pildu adalah anak paling muda dari Kang Ildo, pimpinan grup Seonhwa, perusahaan konglomerasi yang menanjak kesuksesannya dengan cepat melalui intimidasi dan kekerasan. Tumbuh di keluarga seperti itu membuat Pildu sering menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya, sampai ia dikenal sebagai si psikopat.

Setelah dewasa, Kang Pildu bekerja sebagai jaksa penuntut. Ia berusaha mengungkap kriminalitas di balik suksesnya grup Seonhwa beserta Kang Ildo yang sedang berniat menjadi calon presiden. Namun tentu saja itu tidak mudah karena kejaksaan sendiri sudah “dibeli” oleh grup Seonhwa. Ditambah lagi, ibu Pildu kemudian meninggal dunia. Meyakini ibunya dibunuh, Pildu pun semakin keras melakukan penyelidikan.
Sementara itu anak-anak Kang Ildo lain yang bekerja di grup Seonhwa menghadapi permasalahan mereka sendiri. Kang Taegu (anak ke-3), Kang Mu (anak ke-2), dan Kang Chawook (anak pertama) memiliki ambisi mereka sendiri dan tidak mempercayai satu sama lain.
Kang Pildu pun harus terjun dalam intrik yang kompleks di dalam jaringan grup Seonhwa untuk mencari kebenaran. Ia harus menemukan titik lemah mereka dan memanfaatkannya agar bisa mengurai jalinan teror organisasi tersebut, sampai akhirnya bisa menjatuhkan sang ayah.
Review: Seru Tapi Karakter Utama Kurang Kuat
Seperti cerita balas dendam lain yang pada umumnya terdapat di komik Korea yang bukan manhwa fantasi atau manhwa bertema murim, The Bad Son menghadirkan kisah gangster bertopeng bisnis dan mencapai tingkat konglomerasi sebagai menu utamanya.

Kang Pildu, sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai anak yang diasingkan karena memilih jalannya sendiri dan tidak mau mengikuti “karir” di bisnis keluarga mereka. Ia akhirnya berada di pihak hukum yang berseberangan.
Di sisi lain, Pildu juga digambarkan memiliki karakteristik keluarga mereka yang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Cara itu juga termasuk kekerasan.
Penempatan karakteristik seperti itu sebenarnya menarik walau memang bukan hal yang baru. Ada kontradiksi yang bisa digunakan sebagai bahan untuk menggerakkan plot cerita. Hanya saja, sampai sejauh ini, belum jelas kenapa Kang Pildu memilih jalannya sendiri.
Konflik utama yang ada di manhwa The Bad Son ini juga merupakan sesuatu yang klasik. Kang Pildu dengan usaha balas dendamnya, sementara grup Seonhwa diracuni oleh ambisi masing-masing anak keluarga Kang lainnya, sementara sang ayah berusaha meraih kekuasaan puncak di Korea Selatan.
Kematian ibu Pildu menjadi salah satu misteri di manhwa ini. Kenapa ia harus mati dan siapa yang melakukannya merupakan salah satu informasi yang digali oleh Kang Pildu dalam perjalanannya. Proses penyelidikan ini cukup menarik, meskipun plotnya agak kurang dramatis, juga agak terasa cepat dan “terlalu mudah” bagi Pildu.

Proses itu membuat saya berpikir bahwa Jeong Chan, sebagai penulis manhwa ini, masih menyimpan berbagai plot lain yang lebih ingin ditonjolkan. Benar saja, penyelidikan itu kemudian membawa Pildu pada persaingan di antara kakak-kakaknya.
Proses Pildu yang mengkonfrontasi kakaknya ini juga cukup menarik. Dari penyelidikannya ia menemukan kalau Kang Mu terlibat secara langsung pembunuhan ibunya. Pildu berhasil mengalahkan Kang Mu dan mendapatkan informasi yang ia inginkan. Setelah peristiwa itu, Kang Mu dikhianati oleh adiknya Kang Taegu yang menusuknya dari belakang.
Lagi-lagi, saya sempat berpikir kalau plot cerita ini berjalan terlalu cepat dengan Kang Mu yang takluk. Tapi ternyata Kang Mu berhasil selamat. Sementara itu, berita Kang Mu masuk rumah sakit sampai di telinga Kang Chawook dan Kang Ildo. Tekanan pada Kang Chawook pun bertambah. Dengan kejadian ini, artinya konflik di antara grup Seonhwa pun meningkat.
Secara umum, plot yang terjadi — bersama intrik dan pengkhianatan — di manhwa The Bad Son cukup mengusik dan berhasil menyajikan twist kecil yang menarik. Tapi kalau harus menyebut satu hal yang mengganjal, hal itu adalah sosok Kang Pildu sendiri.
Ya, seperti sudah saya sebut di atas, penempatkan karakter Kang Pildu sudah cukup menarik. Hanya saja, sejauh yang terlihat, ia hanya punya modal tekad yang kuat dan nekad dalam melakukan berbagai tindakannya.
Bayangkan. Ia hanya seorang diri dalam melawan grup Seonhwa yang besar. Walau penyelidikannya sedikit demi sedikit membuka peluang menjatuhkan grup itu, Pildu tidak terlihat memiliki strategi yang tajam dalam melakukannya. Ia hanya datang, bertarung, mendapat informasi, lalu pergi.

Hal ini juga membuat grup Seonhwa, terutama anak-anak keluarga Kang, jadi kurang kelihatan sangar. Sejauh ini yang terlihat paling bermain dengan intrik hanyalah Kang Taegu. Jadi belum ada twist besar atau pengungkapan yang menggigit di sini.
Yah, mungkin hal ini bisa dimaklumi mengingat The Bad Son masuk di kategori manhwa aksi. Memang, adegan aksi yang brutal cukup banyak terjadi di dalam manhwa ini.
Nah, bicara soal aksi, masalah yang sama juga muncul bagi Kang Pildu. Kang Mu, kakaknya, digambarkan sebagai seorang jagoan MMA yang gila pertarungan. Namun, sejauh ini, tidak diceritakan soal kemampuan bertarung Kang Pildu. Entah ia berlatih apa.
Toh ia tetap bisa bertarung terus menerus dan berhasil menang (termasuk melawan Kang Mu). Ini membuat ceritanya jadi terasa sedikit dibuat-buat. Istilahnya, plot armornya jadi terlalu terlihat.
Kesimpulan: Masih Bisa Lebih Bagus
Sejauh ini, manhwa The Bad Son mengantar ceritanya yang penuh intrik dengan cepat, beralih dari satu peristiwa ke peristiwa lain, tapi masih menyimpan misteri yang menjadi pokok permasalahan. Konfliknya lumayan menggigit, aksinya seru, dan secara umum cukup dramatis.
Kalau ada yang perlu disayangkan, itu adalah karakter sang tokoh utama yang walau punya kontradiksi menarik, kurang digambarkan secara utuh. Sehingga sampai sejauh yang saya baca hanya bagaikan celeng yang menabrak apa yang ada di depannya.
Jujur, saya berharap kalau Kang Pildu ini bisa lebih cerdas — mungkin kata “licik” lebih tepat — dalam melakukan penyelidikannya dan aksi balas dendamnya. Lalu saya juga berharap ada sebuah latar belakang yang memberikan gambaran kenapa ia mampu bertarung dalam jangka panjang dan bisa mengalahkan orang yang lebih jago dari dirinya.
Jadi… yah, manhwa The Bad Son ini masih menarik diikuti, tapi secara umum masih belum menunjukkan keistimewaan yang lebih.