Pada hari Jumat, 12 Agustus 2022, Netflix merilis film berjudul “Day Shift” yang dibintangi oleh Jamie Foxx, Dave Franco, dan Snoop Dogg. Temanya? Pemburu vampir. Kelihatannya film yang cukup cool, oleh sebab itu saya tonton.
“Day Shift” bercerita soal Bud Jablonski (Jamie Foxx), seorang pemburu vampir dengan kemampuan ekonomi pas-pasan. Ia harus mendapatkan uang dalam waktu satu minggu. Kalau tidak, mantan istrinya dan anaknya (yang tidak tahu kalau ia pemburu vampir) akan menjual rumah dan pindah ke Florida.
Supaya bisa mendapat bayaran yang sepadan, ia harus kembali ke Union (semacam guild untuk pemuburu vampir). Bud pun meminta bantuan pemburu vampir lain, Big John (Snoop Dogg).
Walau Big John membantunya, bos Union tetap menuntut Bud beroperasi di bawah pengawasan Seth (Dave Franco), yang biasa bekerja di balik meja. Masalah bertambah ketika vampir yang dibunuh Bud sebelumnya membuatnya diburu oleh para vampir lainnya.
Film ‘Buddy Cop’ Bentuk Lain
Walau bertema vampir, “Day Shift” adalah film aksi dengan bumbu komedi (tapi bukan yang bikin kamu tertawa terbahak-bahak). Lalu, seperti yang mungkin kamu rasakan ketika melihat sinopsis di atas, film ini lebih menekankan pada kondisi Bud, termasuk hubungannya dengan rekan barunya, Seth.
Jadi ya, polanya memang mirip cerita film buddy cop yang populer di tahun 1980-an dan 1990-an. Ada dua karakter polisi dengan karakter berbeda yang terpaksa bekerja sama. Bud, seorang pemburu vampir veteran yang bekerja dengan sistem jalanan, dan Seth, seorang akuntan dengan karakter ala milenial yang biasa bekerja di balik meja.
Tentu, latarnya di sini berbeda. Bukan polisi, tapi pemburu vampir. Toh, pola ceritanya dari sisi ini mudah ditebak. Walau begitu, Jamie Foxx dan Dave Franco cukup berhasil membangun dinamika hubungan kedua tokoh mereka.
Di sisi lain, film ini tidak menjelaskan atau menggambarkan banyak hal soal vampir dan komunitas pemburu vampir di dalamnya. Kehadiran mereka seolah merupakan sesuatu yang wajar.
Kalau mau membandingkan Union dengan gerai hotel The Continental di John Wick, yah cukup jauh. Di film “Day Shift,” kita tidak mendapat informasi soal apa dan bagaimana hubungan Union dengan para pemburu vampir. Para pemburu vampir itu juga tidak mendapat gambaran yang jelas.
Bahkan, kenapa ada vampir dan bagaimana posisi vampir itu sendiri juga kurang jelas. Memang disebutkan beberapa jenis vampir. Namun, tidak ada kisah atau penggambaran lebih jelas soal strata dan posisi mereka.
Mungkin, Netflix berusaha membuka kemungkinan untuk membuat sekuel “Day Dhift” ini. Seperti “The Grey Man” yang kemudian mendapat sekuel dan spinoff.
Punya Aksi Yang Seru
Untungnya, logika garis besar cerita film ini lumayan masuk akal. Tidak seperti film “Army of the Dead” yang punya banyak plot hole yang membuat saya garuk-garuk kepala dan merasa terganggu selama menonton (berbeda dengan rekan saya yang memujinya).
Paling tidak hubungan sebab akibat tindakan yang dilakukan sebagian besar tokohnya sesuai dengan jalan cerita. Jadi walau ada masalah soal latar belakang yang kurang jelas, kita masih bisa mengikutinya dengan baik.
Kemudian, adegan laga di film ini juga cukup menghibur. Mulai dari pertarungan yang stylish (terasa berlebihan tapi keren), gerakan akrobatik vampir yang ganjil, sampai ke adegan yang punya sisi humor.
Yah, ada beberapa efek visual yang terasa kurang mantap dan agak berkesan ‘murahan’ atau generik. Salah satunya wujud vampir yang sering kita lihat di banyak film lain.
Secara keseluruhan, beberapa kelemahan film ini tidak lantas membuatnya jelek. Film ini masih menjadi tontonan yang menghibur. Saya hanya menyayangkan kenapa film soal pemburu vampir tidak punya lore yang lebih kuat.
