Waktu review ini saya tulis, libur akhir tahun dan Natal sudah lewat. Namun saya pikir Klaus tetap pantas mendapat review. Yah, karena film ini memang keren, dan itu bukan hanya dari segi animasi saja. Film Klaus sempat diputar di bioskop sebelum kemudian tayang secara digital di Netflix.
Klaus adalah sebuah film dari Spanyol (berbahasa Inggris) dan dirilis pada bulan November 2019. Sampai saat ini, Klaus sudah mendapat tanggapan positif, baik dari kritikus maupun penonton pada umumnya. Film ini pun sudah memenangkan 7 Annie Awards, dan dinominasikan di BAFTA 2020 dan Oscar 2020 untuk Film Animasi Terbaik.
Klaus bercerita tentang seorang tukang pos egois yang dikirim ayahnya, sang pemimpin layanan pos, ke sebuah kota terpencil. Di sana ia bertemu dengan situasi yang tidak seperti ia bayangkan (penduduk kotanya ajaib). Secara tidak terduga, ia akhirnya bersahabat dengan seorang pembuat mainan yang mengasingkan diri, sambil menghadapi permasalahannya di kota yang dingin ini.

Menawarkan Sesuatu Yang Berbeda
Saya yakin kamu sudah menduga kalau film ini bercerita soal Sinterklas. Ya, benar. Tapi yang menarik, film ini tidak pernah menyebut Sinterklas yang kita kenal sepanjang film.
Saya juga yakin kamu akan berpendapat kalau sudah banyak juga film yang punya cerita alternatif soal Sinterklas. Sekali lagi, benar. Toh film ini tetap memiliki jalan cerita yang bagus dan menurut saya, punya pendekatan cukup tidak terduga.
Jalan cerita di film Klaus mengalir dengan lancar dan enak diikuti. Masing-masing tokoh pun memiliki karakter yang kuat dan tiap kejadian digambarkan dengan wajar. Tentu dengan kelucuan dan kehangatan di sana sini.

Tentu kamu akan menemui pola yang klise di film seperti ini. Namun bagi saya, kadarnya cukup tipis. Masih terasa wajar dan—sekali lagi—enak dilihat.
Animasi Film Klaus Bagus
Saya cukup terkejut ketika mengetahui kalau Klaus adalah sebuah film animasi 2D. Whaaaa…?!? Ya, sekali lagi, animasinya memang 2D, bukan 3D.
Sang sutradara, Sergio Pablos, disebutkan memutuskan membuat film animasi tradisional versi baru. Dengan pengalamannya bekerja di Disney sebelumnya, ia mengeksplorasi perkembangan animasi gambar 2D sejauh ini.

Keputusannya itu membuat beberapa studio—yang ditawarkan sebagai rekan—menganggapnya sebagai proyek yang “terlalu beresiko” di tengah dunia CGI canggih. Akhirnya, Netflix-lah yang menjadi rekan dan akan mendistribusikan film Klaus. Lebih dari itu, Netflix juga mendorong film ini ke berbagai ajang penghargaan.
Untung saja, karena hasilnya memang keren. Baik dari sisi karakter tokoh, gerakan animasi, nuansa warna, dan terutama pencahayaan, membuat film ini bisa menampilkan layaknya dongeng. Tidak kalah kalau dibandingkan film-film Disney.
Film Klaus ini berhasil membuktikan kalau animasi tradisional belum mati dan mampu bersaing dengan film animasi yang lebih kekinian. Ceritanya yang menarik, lengkap dengan kelucuan dan kehangatan, membuatnya layak ditonton bersama orang terdekat. Bahkan, di luar waktu Natal (seperti saya).
BONUS! Di bawah ini terdapat video yang sedikit menjelaskan bagaimana animasi film Klaus dibuat.