Film Parasite (2019) — dengan cerita yang unik, menggelitik, namun tragis — merupakan angin segar di dunia perfilman. Dengan cerdas, sutradara Korea Selatan Bong Joon-Ho berhasil meletakkan plot cerita sebagai kekuatan utama film ini.
Saat saya menulis review ini, film Parasite sudah memiliki prestasi luar biasa. Film ini berhasil meraih pendapatan lebih dari $161 juta dan menjadi perbincangan di mana-mana (termasuk media sosial dan internet).
Parasite juga sudah memenangkan penghargaan Palme d’Or di Festival Film Cannes 2019 dengan pemilihan mutlak. Yang pertama sejak film Blue is the Warmest Colour di tahun 2013. Selain itu, film ini juga memenangkan Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Golden Globe, meraih 6 nominasi Oscar dan 4 nominasi BAFTA, termasuk untuk Film Terbaik.

FIlm Parasite memiliki cerita tentang empat anggota keluarga Kim — Ki-taek sang ayah, Chung-sook sang ibu, Ki-woo si anak laki-laki, dan Ki-jeong si anak perempuan — yang miskin. Ki-woo mendapat tawaran kerja menggantikan temannya sebagai guru les bahasa Inggris untuk Park Da-hye, seorang gadis remaja dari keluarga Park yang kaya. Pertemuan Ki-woo dan Yeon-kyo, ibu Da-hye dan nyonya rumah yang cantik tapi lugu, menjadi pemicu berbagai kejadian pelik selanjutnya.
Plot Cerita Cerdas dan Memikat
Kisah di film ini memang berjalan dengan sederhana di atas roda kehidupan sehari-hari. Tapi melalui konstruksi cerita yang rapi, dialog dan adegan yang menggelitik, juga kejutan di sana-sini, Bong Joon-Ho menghadirkan Parasite sebagai film dengan banyak makna, berlapis, dan memiliki perubahan nuansa yang luas biasa.
Setelah Ki-woo bertemu dengan Yeon-kyo, sang nyonya rumah, kamu tahu kalau akan terjadi sesuatu, dan sesuatu itu bisa berakibat buruk bagi semuanya. Tapi toh film ini tetap mengalir dengan ringan.
Melalui dialog-dialog kecil yang lucu dan sikap naif karakter di dalamnya, Parasite bisa membuat kita tersenyum dan tertawa. Misalnya — sedikit spoiler — ketika Ki-jeong juga masuk ke keluarga Park dan menghapalkan tokoh yang ia perankan sebagai lagu anak-anak. Cute!

Namun, film ini pun bisa membuat kita menjadi tegang sekaligus bingung menanti apa yang terjadi. Perubahan nuansa ini pun terjadi dengan sangat luar biasa. Halus tapi menghanyutkan. Bagi saya, sisi thriller film ini bukan pada adegan yang menyeramkan. Tapi lebih pada ‘saya kuatir tokoh tertentu akan mengalami sesuatu hal’ atau ‘apa lagi yang muncul setelah ini’.
Tapi Parasite juga tidak membiarkan kita terjebak terlalu dalam dengan sikap simpati atau benci pada pihak tertentu. Tidak ada yang benar-benar hitam atau putih. Entah seberapa banyak, selalu ada ikatan emosi dan pemahaman pada tiap karakter yang ada di film ini.
Hal menarik lainnya, bahkan di adegan yang mengenaskan, kita tetap bisa melihat sedikit sisi komedi di sana. Misalnya, ketika rumahnya kebanjiran, Ki-jeong pasrah dan dengan santai merokok di atas WC yang luber (hiiiy…).
Bertema Sosial Namun Tidak Berat
Parasite sering disebut sebagai sebuah film tragicomedy, komedi gelap (dark comedy), atau satir. Film ini juga menampilkan masalah sosial antara si kaya dan si miskin. Namun, Bong Joon-ho mengemas cerita Parasite secara brilian sehingga film ini tidak jatuh pada kisah yang terlalu mengeksploitasi unsur tersebut. Misalnya tidak terlalu gelap seperti Joker.
Saya bisa mengerti kalau tidak semua orang bisa menikmati film 1917, The Irishman, Once Upon a Time in Hollywood, Marriage Story, dll. Tapi di sisi lain, saya punya bayangan kalau film Parasite lebih bisa ditonton oleh semua orang (yah dengan batasan usia tertentu, mengingat ada adegan kekerasan dan sedikit seksual). Karena cara berceritanya memang lebih renyah.
Kamu bisa menontonnya dan membahas berbagai hal teknis perfilman, kamu bisa menontonya dan berdiskusi soal masalah sosial atau filosofi, tapi kamu juga bisa sekedar menontonnya sebagai hiburan.
Konten yang berlapis inilah yang membuat Parasite menjadi film luar biasa. Saat saya berpikir tentang kekurangan film ini, saya sedikit bingung. Saat menulis review 1917, saya bisa dengan mudah menyinggung beberapa hal yang menurut saya kurang. Di sini tidak. Karena semua terasa pas pada porsinya.
Parasite memang layak menerima penghargaan Palme d’Or 2019, dan menjadi Film Terbaik di Oscar 2020.