Di musim penayangan yang penuh dengan judul top dan populer seperti Bleach: Thousand Year War, Blue Lock, atau Chainsaw Man, anime Bocchi The Rock! tetap menjadi salah satu yang paling populer di antara penggemarnya.
Bocchi berhasil mencuri perhatian, memuncaki polling popularitas baik bagi audiens Jepang dan luar negeri. Sesuatu yang membuat karakter Bocchi sendiri pasti bergidik ngeri (Karena memiliki social anxiety).
Lalu, apa yang membuat Bocchi The Rock! begitu memikat? Simak review Bocchi The Rock! dari kami di bawah ini untuk membahas selengkapnya.
Apa itu Bocchi The Rock?

Bocchi The Rock! awalnya adalah manga 4-koma karya Aki Hamaji dan diterbitkan di majalah Manga Time Kirara. Bagi yang kurang familiar dengan Kirara, majalah itu dulunya juga memuat manga tentang musik yang animenya sempat menjadi fenomena dekade lalu, K-ON! .
Format manga 4-koma dengan panel terbatas dan cerita yang simple tentunya membuat mayoritas adaptasi animenya juga merupakan anime pendek dengan durasi kurang dari 24 menit waktu normal penayangan.
Tetapi, anime adaptasi Bocchi The Rock! mampu menampilkan cerita yang compelling dan memikat dalam waktu 24 menit per episode seperti anime pada umumnya.
Sutradara Keiichiro Saito dari studio Cloverworks (yang terkenal dengan animasi smooth di anime-anime Slice of life) tak mau setengah-setengah dalam mengadaptasi Bocchi the Rock!.
Selain itu, kredit juga pantas diberikan kepada desainer karakter, Kerorira. Sebagai penggemar manga Bocchi, Kerorira menawarkan pada berbagai studio anime untuk mengadaptasi Bocchi menjadi anime. Usahanya berbuah hasil ketika Cloverworks setuju.
Tetapi, peran Kerorira tak sampai di situ saja. Kerorira bahkan juga mengambil peran dalam beberapa cut animasi (Bahkan yang terbanyak), mengurus pengadaan merchandise, sampai promosi animenya ke beberapa majalah.
Story

Hitori “Bocchi” Gotou adalah gadis yang memiliki social anxiety akut. Meski demikian, ketika melihat interview sebuah band di televisi, tentang bagaimana personil band tersebut adalah seorang introvert dan penyendiri namun berhasil tampil di depan umum dan sukses, Bocchi mulai tertarik bermain gitar, untuk kemudian bisa tampil di panggung, dan memiliki teman nantinya.
Bocchi menghabiskan bertahun-tahun masa SMP-nya, bahkan membuat akun youtube untuk meng-upload hasil permainan gitarnya. Tetapi, Bocchi meremehkan social anxiety-nya. Pada akhirnya, meski dia pergi membawa gitar ke sekolah, tak ada yang mengajak bicara Bocchi. Jadilah keinginannya untuk masuk band makin menjauh.
Suatu hari, Drummer Nijika Ichiji yang sedang mencari gitaris menemukan Bocchi yang sendirian di taman. Karena tidak bisa menolak karena tiba-tiba diajak bicara, Bocchi menyanggupi tawaran Nijika untuk bermain bersama.
Jadilah Bocchi bergabung dengan Kessoku Band yang beranggotakan Nijika, Ryou Yamana- sang bassist yang selalu tampil cool namun dengan alasan konyol- dan Ikuyo Kita- teman sekolah Bocchi sekaligus vokalis band yang kabur sebelum penampilan pertama mereka-.
Walau penampilan di panggung livehouse pertama mereka terasa begitu biasa, dengan berbagai kesalahan dan tak ada sinkronisasi antara permainan mereka masing-masing, anggota Kessoku Band mencintai musik dengan alasan mereka masing-masing.
Ketika Ikuyo Kita akhirnya kembali ke band karena Bocchi (Tak sengaja), mereka mulai menjadi solid sebagai band. Bocchi dan teman-temannya mulai mencurahkan hati mereka untuk berkembang sebagai musisi.
Karakter

Karakter Bocchi the Rock! tak dipungkiri lagi menjadi salah satu daya tarik utama anime ini. Mulai dari Bocchi yang memiliki social anxiety, Ikuyo yang populer dan baik pada siapa saja, Nijika yang memendam impiannya yang begitu besar, dan Ryou yang hidup sesukanya.
Karakter yang memiliki social anxiety sudah begitu banyak ditampilkan di anime. Komi-san dari Komi Can’t Communicate yang tayang tahun lalu adalah salah satu contohnya. Tetapi, bagaimana Bocchi digambarkan lengkap dengan anxiety-nya masih menjadi sesuatu yang terunik.
Sebelumnya disebutkan kalau sutradara Keiichiro Saito tak setengah-setengah dalam menggambarkan dan mendeskripsikan karakternya. Sato dan timnya begitu vokal dan all-out dalam aplikasinya.
Penonton mampu bersimpati dan mendukung Bocchi dalam setiap interaksinya di anime. Bocchi juga terus berusaha berkembang, meski terhalang oleh tembok besar anxiety.
Nijika, Ryou, dan Ikuyo juga bukan sekedar karakter yang sesuai dengan tipe karakter gadis SMA pada umumnya, menonjolkan individualitas mereka sekaligus alasan mereka bermain musik.
Anggota Kessoku Band tidak memiliki impian besar seperti kebanyakan anime bertema sama. Mereka memiliki alasan masing-masing untuk bermain musik dan membentuk band, dan mereka sudah puas bisa bermain bersama untuk saat ini.
Nijika yang harus mengurus rumah karena hanya tinggal berdua dengan Kakaknya (Yang juga merupakan manajer Livehouse “Starry” tempat mereka rutin tampil). Sekilas terlihat kuat dan tak memiliki kegelisahan apapun.
Tetapi, ketika terungkap kalau Nijika ingin menjadi musisi besar dan mewujudkan mimpi Kakaknya yang terputus, penonton mulai mengerti beban yang dibawa leader Kessoku Band ini.
Animasi

Animasi dari Cloverworks juga layak menjadi perbincangan. Berbagai teknik animasi yang digunakan untuk menggambarkan berbagai scene di animenya benar-benar menunjukkan kelas tersendiri.
Bocchi yang memiliki kegelisahan sering membayangkan kemungkinan skenario yang terjadi, dan penggambarannya juga dibuat sekreatif mungkin. Kita sebagai audiens dibawa ke dunia imajinasi Bocchi yang terlihat eksplosif dan raw.
Animator terkadang menggunakan rekaman live action dunia nyata, prop seperti boneka dan clay, bahkan 3D rendering canggung yang mengundang tawa.
Selain itu, kredit juga pantas diberikan pada animasi Kessoku Band saat tampil di atas panggung. Karena Kessoku Band adalah band amatir beranggotakan anak SMA, permainan mereka terdengar canggung dan penuh miss.
Hal itu tercermin lewat vokal Ikuyo sebagai vokalis yang terkadang terdengar kikuk karena gugup, dan gerakan jari karakter yang terkadang salah memainkan instrumen sampai hentakan kaki Nijika sebagai drummer.
Bocchi the Rock! menggunakan metode setengah rotoscope, setengah animasi 2D dalam penggambaran penampilan musik di panggung.
Aktor live-action akan membuat gerakan terlebih dulu yang kemudian di konversi lewat rotoscope menjadi animasi. Proses seperti itu saja sudah cukup, tetapi Saitou dan timnya membuat animasi 2D di atas hasil rotoscope, menghasilkan sequence animasi yang terasa hidup.
Tribute Untuk Asian Kung-Fu Generation

Banyak yang tak mengetahui kalau Bocchi the Rock! sendiri seperti surat cinta pada musik rock Jepang dan khususnya band Asian Kung-Fu Generation.
Mangaka Bocchi the Rock!, Aki Hamaji adalah penggemar Asian Kungfu Generation(Ajikan) dan seting menyertakan ilustrasi yang mereferensikan album Ajikan.
Nama 4 karakter utama sekaligus personil Kessoku Band diambil dari nama personil Ajikan, sekaligus instrumen yang mereka mainkan.
Hitori Gotou mendapat namanya dari gitaris dan vokalis Masafumi Gotou, Ikuyo Kita mendapat namanya dari gitaris Kensuke Kita, Ryou Yamada mendapat namanya dari bassist Takahiro Yamada, dan Nijika Ichiji mendapt namanya dari drummer Kiyoshi Ichiji.
Referensinya juga tak berhenti di nama, tetapi juga sampai ke tanggal ulang tahun mereka masing-masing.
Di episode 12, Kessoku Band juga menampilkan cover salah satu lagu Ajikan, “Rock’n Roll, Morning Light Falls on You”.
Setiap judul dari 12 episode anime ini juga mengambil inspirasi dari lagu-lagu Asian Kung-Fu Generation.
Overall

Bocchi the Rock! terasa begitu fresh. Sebuah anime yang dibuat dengan passion kreator, penuh dengan ide-ide eksplosif dan brilian, pengisi suara yang terasa begitu bebas mengekspresikan karakter mereka, semua itu mengakumulasi sebagai tribute untuk medium anime itu sendiri dan musik secara umumya.
Di tengah begitu ketatnya korporasi anime dan persaingan penayangan anime, mendapatkan anime yang begitu terasa original di tengah membludaknya anime bertipe dan bertema sama (isekai), Bocchi the Rock! terasa seperti angin segar.
Bahkan, Bocchi lebih terasa merepresentasikan medium anime ketimbang anime Chainsaw Man yang juga tayang di musim yang sama. Chainsaw Man memang memiliki animasi yang bagus dan cerita yang unik.
Tetapi, anime Chainsaw Man tidak memiliki ledakan kreatifitas dari pembuatnya, fokus untuk menjadi produk akhir yang bagus, dan tidak berusaha melebihi batasan tersebut. Sutradara Chainsaw Man, Masato Nakazono, juga menekankan kalau mereka sebisa mungkin membuat anime Chainsaw Man terasa “Tidak seperti anime”.
Sementara itu, Bocchi adalah kebalikannya. Penuh dengan goresan kreatif, meski terlihat kasar, tetapi terasa setiap passion yang mengalir. Banyak yang jatuh cinta pada medium anime karena gambaran anime yang bebas, dan Bocchi kembali mengingatkan kita semua soal hal itu.
Tontonlah Bocchi kalau kamu penyuka anime dan penikmat musik, khususnya J-Pop.